***
"Individual Identity" Dalam pandangan personal mengatakan bahwa hidup harus mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi di lingkungan "dimanapun tempat tinggal atau rumahnya masing-masing" tapi akan berbeda persepsi orang lain yang menilai diri anda, kemudian orang lain berkata "sih A baik dan tidak sombong, sih B baik tapi pendiam, sih C cuek dan tidak banyak bicara, sih D suka bergaul, dan lain sebagainya".
***
"Important Point" Memang poin pentingnya adalah mengingatkan kita semua agar hidup di muka bumi ini "jangan sombong" terhadap sesama manusia yang lainnya, meskipun karakter atau prinsip menjalankan hidup berbeda-beda "tapi pada prinsipnya" harus peduli terhadap lingkungan sekitar terutama terhadap rekan kerja, besti, tetangga, keluarga, sahabat, komunitas, dan lain sebagainya.
"Learn From Rice Science"Â Padi mengedukasi kepada kita semua bahwa ibaratkan hidup itu agar tetap menjaga diri, menjaga sikap, mengatur bahasa komunikasi, menyesuaikan diri, meskipun memiliki ilmu pengetahuan serta meraih kesuksesan dan mendapatkan rezeki dari tuhan karena nasibnya baik atau keberuntungan sesaat artinya hanya sebagai titipan sementara.
***
"Try To See The Process"Â Kalau dianalisa asal muasal dari padi tersebut melalui proses yang cukup panjang mulai dari penyediaan lahan "ladang dan sawah" benih padi yang disiapkan kemudian baru di proses penanaman padi melalui orang lain artinya bukan langsung atau tiba-tiba menjadi padi, ini yang menjadi perhatian bahwa kehidupan manusia membutuhkan orang lain untuk mencapai puncak "tidak ada yang perlu di sombongkan".
***
Makin berisi maki merunduk itulah tanaman padi yang menjadi istilah sepanjang nasihat bagi manusia yang angkuh dan sombong, walupun isi padinya akan di fungsikan untuk kebutuhan manusia lainnya, padi tetap berada pada posisinya di tengah ladang atau sawah di tiup angin sepoi-sepoi akan membawa kesejukan dan kenyamanan bagi petani atau masyarakat luas lainnya yang berada disekitar ladang padi.
Oleh karena itu, pada hakikatnya mengingatkan semua insan manusia yang hidup di muka bumi untuk senantiasa mempunyai hati dan pikiran serta sadar dan peduli terhadap orang lain terutama budaya kehidupan, perilaku, tindakan, ucapan dimanapun Anda berada "karena sombong dan tidaknya manusia itu" tergantung penilaian atau pandangan orang lain terhadap diri kita masing-masing.
***
Fenomena yang pernah terjadi, gaya, sikap dan perilaku manusia yang mencerminkan bahwa dirinya sudah mulai berubah dari hal biasanya, sehingga keluarga maupun sahabat dekat atau orang jauh sekalipun akan berpendapat "bahwa dia sombong" karena dilihat gaya bicaranya terlalu tinggi, penampilan sudah seperti orang kaya, menjauhi dari keluarga atau teman dekat dan lain sebagainya.
***
Menjadi catatan khusus, makanya hidup itu biasa-biasa saja meskipun sudah berkelimang harta atau ya boleh dikatakan anak sultan apa yang di inginkan semuanya ada dan bisa di beli? Itu sih, boleh-boleh saja "karena secara fakta, memang di milikinya terutama harta maupun benda lainnya" terkadang sifat aslinya benar-benar baik dan berbaur atau bersama dengan masyarakat lainnya.
***
Yang perlu dihindari, dan kadang-kadang manusia tidak menyadarinya karena sifat angkuh, emosi tinggi, sedikit egois, sok-sok,an, cuek, tidak peduli sama orang lain, dan lain sebagainya. Contoh kecilnya saja begini, baru membeli kendaraan baru walaupun nyicil gayanya sudah berubah, saudaranya kaya atau baru lulus menjadi PNS omongannya sudah sampai ke langit, baru tahu judul dari sebuah objek ngomong nya melebih dari seorang ahli atau pakar objek tersebut, sok karena ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, dan lain sebagainya.
***
Itulah esensi dari istilah "diatas langit masih ada langit" supaya tidak terjebak dengan duniawi karena "diatas orang kaya masih banyak orang kaya dan diatas orang pintar masih banyak orang yang lebih pintar" jadi sederhanakanlah setiap perilaku dan tindakan Anda? Semoga kita semua selalu diberikan hati dan pikiran yang terbuka dan lapangkan dada selalu berjiwa besar dalam kondisi dan situasi apapun,kembali kepada tuhan yang memberikan rezeki lalu di titipkan kepada hambanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H