Mohon tunggu...
Noto Susanto
Noto Susanto Mohon Tunggu... Dosen - Menata Kehidupan

Saya Sebagai Dosen, Entrepreneurship, Trainer, Colsultant Security dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Risk Governance - Chapter 4

28 September 2023   08:58 Diperbarui: 28 September 2023   08:59 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Risk Governance atau tata kelola adalah kegiatan manajemen untuk menata dari sisi kebijakan, regulasi, peraturan, organisasi, prosedur, teknologi, sistem, dan aspek-aspek lain yang mengandung risiko atau risiko terintegrasi pada semua kegiatan perusahaan baik secara individu maupun kelompok. Peran manajemen sangat penting untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab ketika terjadi risiko, bagaimana penanganan risiko, risikonya apa saja yang sudah dianalisa, mengapa risiko perlu diatasi supaya tim manajemen paham, dan teknis pernyataan atau pertanyaan lainnya.

Tata kelola yang baik menjadi kesepakatan atau kolaborasi dan bekerja sesuai dengan peran masing-masing, intinya mengurangi potensi-potensi kegagalan yang akan menimpa di lingkungan kerja perusahaan baik internal maupun eksternal. Hubungan dengan manusia yang berada di lingkungan kerja akan sangat memperkuat dengan penataan dan mengelola risiko yang akan terjadi, akan tetapi tergantung dengan pengawasan oleh pimpinan yang cepat melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan jika tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Human eror pasti kapanpun bisa datang dan terjadi? Pelanggaran kode etik perusahaan yang disebabkan oleh karyawan, kelalaian bekerja karena tidak konsisten menjalankan prosedur kerja, penyimpangan dengan melakukan kerja sama terhadap tindakan kriminal serta tindakan sikap dan perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai perusahaan. Pengendalian dari manajemen menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan perencanaan jangka pendek, jangka menengah sampai dengan perencanaan jangka panjang.

Pengelolaan dan pemantauan kegiatan sumber daya manusia di lingkungan kerja menjadi hal utama, oleh sebab itu jangan di anggap sepele karena kegiatan karyawan pasti berhubungan dengan risiko dalam perusahaan itu sendiri. Seperti contoh sumber daya manusia dengan prosedur kerja, sumber daya manusia dengan peralatan kerja, sumber daya manusia dengan teknologi, sumber daya manusia dengan customer internal dan eksternal. Semua kegiatan sumber daya manusia saling berinteraksi untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan di lingkungan kerja.

Selanjutnya tata kelola risiko, menitik berakan ke dalam perusahaan untuk mengurangi potensi risiko yang lebih besar, sehingga penataan kegiatan manajemen untuk keberlangsungan menjalankan bisnis perusahaan jangka panjang. Perlindungan aset perusahaan  baik material maupun non material menjadi tolok ukur keberhasilan di masa akan datang. Kestabilan mengelola risiko bagian dari kecerdasan pimpinan dalam menata kegiatan manajemen lebih terstruktur dan teroganisir. 

Berikut ini pembagian risk governance atau risiko tata kelola dibagikan berdasarkan tugas dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam melakukan tindakan pengendalian risiko:

1 . Aspek Struktural:
"Aspek Struktural adalah sejumlah tindakan yang harus diambil untuk membentuk kebijakan dan struktur untuk melaksanakan tata kelola manajemen risiko".  Hirarki dalam manajemen risiko atau lebih tepatnya tugas dan tanggung jawab di dalam struktur organisasi baik dari level supervisi sampai dengan level eksekutif "entah itu direktur atau komisaris". Tentu dalam pelaksanaannya perlu disosialisasikan terkait teknis pengelolaan risiko dan penanganan risiko yang lebih tepat sasaran sesuai yang sudah direncanakan.

Peran struktur manajemen risiko yang telah di design untuk melakukan tindakan yang lebih besar bukan hanya sekadar menunjukkan risiko  yang telah di tetapkan atau dalam istilah lain risk register. Dari kegiatan menentukan risiko atau risiko yang sudah tercatat menjadi fokus struktural melakukan pengawasan seperti contoh risiko yang sering terjadi dan di anggap level tinggi, risiko jarang terjadi namun bila terjadi akan berdampak fatality dan risiko yang dinilai sedang tentu semua perlu diantisipasi dalam konsistensi menjalankan prosedur kerja.

Struktur organisasi perusahaan yang dibuatkan oleh tim  manajemen yang baik, tentu juga harus memperhitungkan ketidakpastian dan memprediksi pengaruh adanya risiko terhadap bisnis. Setiap terjadinya risiko baik kecil maupun risiko besar, pasti yang akan diinterview atau di investigasi diawal pimpinan sebagai bentuk pertanggungjawaban "mengapa terjadinya risiko dan bagaimana tindakan perbaikannya" tidak bisa dihindari karena setiap pimpinan tentu sudah mempersiapkan bila ada kejadian yang tidak menentu.

Setiap bisnis pasti akan menghadapi risiko, yakni menerima risiko atau menolak risiko tersebut. Kedua hal tersebut tergantung implementasi penanganan risiko bisa di lihat dari level risiko atau tingkat toleransi pada bisnis. Oleh karena itu tindakan disiplin analisa dan identifikasi berkelanjutan menjadi tujuan dan harapan sebuah perusahaan, proses manajemen yang sudah direncanakan lebih mudah mengevaluasinya .

Selanjutnya struktur manajemen risiko untuk mendukung sistem mitigasi risiko. Seperti perencanaan, organisasi, pengendalian biaya, dan penganggaran. Setiap kasus tertentu, bisnis dapat mengalami banyak kejutan, karena fokusnya ada pada manajemen risiko proaktif.

2. Aspek Operasional:
Aspek Operasional adalah semua tindakan kegiatan bisnis yang berhubungan dengan baik dari proses sampai dengan hasil yang memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan jenis bisnis yang berbeda-beda seperti jasa, produk, teknologi, dan jenis bisnis lainnya. Tentu sangat kompleksitas risiko yang kecil menjadi besar, jika tidak bisa ditangani dengan baik "seperti yang sudah di uraikan dalam struktur manajemen risiko diatas" kuncinya operasional mengurangi risiko, bagaimana semua pihak dalam manajemen satu tujuan organisasi bersama.3. 

Tinjauan dari sisi membuat perencanaan terhadap kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, sistem, prosedur, proses, dan produk yang di unggulkan. Outputnya terhadap hasil menjadi bahan evaluasi, risikonya sangat mempengaruhi aktivitas operasional yang berhubungan dengan internal maupun berhubungan dengan eksternal. Pimpinan harus cepat menganalisa dan mengambil keputusan, karena operasional bisnis itu sangat dinamis tiba-tiba datang permasalahan?.

Dengan rencana penyediaan peralatan dan perlengkapan kerja yang efisien di lokasi kerja, perlu mengidentifikasi terhadap peralatan kerjanya anggap saja penggunaan mesin "yang perlu menjadi perhatian adalah apakah mesin itu digunakan dengan baik oleh operator, bagaimana operator melakukan perawatannya jika ada kerusakan, prosedur tentang mesin agar diberikan pelatihan, dan teknis lainnya". Dari setiap objek yang menghubungkan terhadap aktivitas karyawan dan bisnis pasti ada risikonya, oleh sebab itu sekecil apapun yang dianalisa tentang risiko agar diberikan mitigasi risiko yang efektif dan tepat sasaran.

Pertanggungiawaban ini menjadi hirarki dalam organisasi perusahaan, peran dari manager untuk mengetahui setiap risiko terus dilakukan pemantauan dan evaluasi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Bila ingin aktivitas bisnis berjalan dengan lancar, lakukan pengawasan secara berlapis mulai level team leader sampai dengan level senior manager melakukan pengawasan dan penilaian, karena biasanya risiko muncul bila tindakan dan perilaku tidak disiplin dan tidak konsisten terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan, walaupun ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya risiko.

Membuatkan strategy dan sistem yang mencakupi semua kegiatan bisnis seperti meningkatkan kinerja karyawan, membangun komunikasi internal dan eksternal, pengembangan jenis produk untuk menghadapi kompetitor, inovasi dan ide terkait kebutuhan market dari produk yang akan dipasarkan, dan lain sebagainya. Kualitas persaingan yang sehat menjadi kekuatan untuk tetap bertahan dalam menghadapi persaingan yang lebih berat, sehingga risiko yang akan muncul tentu berbeda-beda juga baik itu karena kualitas maupun kuantitas. 

3. Aspek Undang-undang:
Aspek Undang-undang adalah kegiatan yang berhubungan dengan hukum atau/dan regulasi atau/dan peraturan eksternal seperti peraturan pemerintahan, peraturan internasional, peraturan perusahaan itu sendiri dan peraturan lainnya yang wajib dipatuhi dalam menjalankan bisnis. Ini menjadi tanggung jawab pemilik bisnis atau yang memimpin bisnis tersebut seperti presiden direktur, direktur utama dan/atau pimimpin tertinggi di perusahaan.

Study Banding: perusahaan A tidak menerapkan pembayaran gaji karyawan sesuai dengan peraturan pemerintah seperti di bawah UMP/UMR  sedangkan perusahaan B sangat patuh terhadap peraturan pemerintah karena segala bentuk pembayaran gaji karyawan diatas UMP/UMR bahkan diberikan bonus setiap bulannya. Tidaknya hanya itu, mendapatkan fasilitas yang layak untuk menunjang pekerjaan yang lebih produktif, nyaman dan aman.

Perbandingan perusahaan A dan perusahaan B diatas merupakan pilihan dari suatu pimpinan perusahaan untuk memikirkan permasalahan atau risiko jangka panjang. Karena segala hal yang tidak sesuai dengan peraturan atau tidak mengikuti peraturan itu adalah risiko terbesar yang kapanpun bisa terjadi? Pikirannya jangan sempit hanya karena budget atau cost yang dikeluarkan karyawan ditelantarkan, padahal kalau di analisa dengan baik bahwa gaji tidak sesuai dengan UMP/UMR akan berdampak negatif terhadap perusahaan. 

Apa saja yang akan terjadi atau risiko yang akan muncul? Seperti karyawan melakukan sabotase ditempat kerja karena perusahaannya pelit dan tidak memperhatikan kesejahteraan  "pelanggaran kode etik, pencurian, kerja sama dengan pihak lain dengan melakukan pembakaran area kerja, dan lain sebagainya". Contoh yang lain karyawan melakukan penutupan akses dan melakukan demo atau unjuk rasa menuntut gaji sesuai dengan UMP/UMR. Ini baru satu contoh risiko akan muncul karena tidak mengikuti regulasi pemerintah.

Risiko perusahaan yang muncul : reputasi atau nama baik perusahaan akan kehilangan kepercayaan dari karyawan dan masyarakat umum lainnya, kinerja karyawan menurun, hubungan antara karyawan dengan pimpinan perusahaan tidak harmonis, dan lain sebagainya. Hal ini perlu diantisipasi atau dimitigasi sesuai dengan peraturan pemerintah atau kebijakan yang akan diterapkan perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap pembayaran gaji karyawan tersebut.

Ingat !!! Kecerdasan pimpinan perusahaan berlikir jangan menunggu ada permasalahan , mengeluarkan kebijakan setelah reputasi perusahaan akan terkikis, seharusnya tindakan sebelum terjadi masalah? Tapi tidak ada kata terlambat untuk memperbaikinya namun perlu waktu dan proses yang  cukup maksimal, untuk menstabilkan situasi dan kondisi perusahaan yang sudah diuraikan diatas. Mari kelolala risiko dengan baik jangan melawan regulasi atau peraturan pemerintah yang sudah ditetapkan dan dijalankan secara bersama-sama.

Jadi risk governance ini sangat penting diterapkan dalam perusahaan terutama tata kelola dari aspek struktur, aspek operasional dan yang perlu digarisbawahi adalah jangan melanggar regulasi, peraturan, kebijakan, hukum, undang-undang baik internal perusahaan maupun eksternal yang berhubungan dengan instansi terkait swasta, pemerintahan, organisasi dan jenis perusahaan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun