Mohon tunggu...
Noto Susanto
Noto Susanto Mohon Tunggu... Dosen - Menata Kehidupan

Saya Sebagai Dosen, Entrepreneurship, Trainer, Colsultant Security dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Detik-detik Pilkada di Hari Anti Korupsi Sedunia

9 Desember 2020   06:41 Diperbarui: 21 Desember 2020   22:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo malangtimes.com dan apikartini.org

Oleh : Noto Susanto, SE, MM, CSTMI, CPHCM, CNHRP, CNLP, CPS.

Hari ini Rabu 09 Desember 2020, mengikuti pesta demokrasi, yang mana suara masyarakat Indonesia menjadi penentu siapa yang terpilih menjadi pemimpin kepala daerah.

Masyarakat Indonesia akan memilih atau melakukan pencoblosan sesuai dengan hati dan pikirannya masing-masing. Artinya harapannya pemilihan kepala daerah tersebut tidak ada unsur intervensi dari pihak manapun, baik pendukung atau pasangan yang ikut bertarung dalam pemilihan tersebut.

Maksudnya intervensi adalah mengajak dengan keterpaksaan masyarakat untuk memilih salah satu kandidat yang menurut mereka baik, sedangkan belum tentu menjadi pilihan masyarakat itu. Dengan istilah tidak ada pemilihan dengan memberikan imbalan atau politik uang.

Kandidat yang terpilih nanti menjadi pemimpin kabupaten/kota di daerah masing-masing baik di kota maupun di kabupaten, akan menjadi tolok ukur untuk kemajuan kabupaten/kota tersebut. Artinya siapa yang menjadi Gubernur, Bupati , dan walikota merekalah yang membawa perubahan untuk masyarakat.

Perubahan sangat di harapkan masyarakat Indonesia, artinya kami sebagai masyarakat akan menilai dan melihat kinerja pemimpin daerah sesuai dimana tempat tinggal daerah tersebut, yang terpilih nanti agar bisa menempati janji-janji politik yang sudah di Kampanyekan sebelum pemilihan tersebut, yang akan membuat masyarakat Indonesia sejahtera.

Ironisnya adalah kesadaran masyarakat untuk tidak menerima politik uang dan pendukung kandidat tidak juga memberikan imbalan baik itu barang ataupun uang, hal ini sering terjadi dimanapun dan secara tidak langsung ini mengajarkan sistem demokrasi yang tidak sehat. Sehingga saya analisa inilah yang menjadi pundi-pundi untuk melakukan korupsi setelah menjadi pempimpin daerah tersebut.

Mengapa terjadinya korupsi ? Karena dari awal kandidat dan pendukung sudah memberikan imbalan dan uang untuk mengajak memilih calon yang mereka dukung. Artinya ketika kandidat tersebut terpilih dari mana untuk mengembalikan uang tersebut, kalu tidak dengan cara yang tidak sehat tersebut.

Fenomena yang terjadi dan sering dilakukan dan mengajarkan kepada masyarakat bahwa untuk menerima politik uang. Ini adalah salah unsur untuk mendukung kandidat yang terpilih nanti melakukan perbuatan korupsi, dengan alasan karena biaya kampanye terlalu besar di keluarkan sedang penghasilan setiap bulanya tidak mencukupi untuk mengembalikan biaya kampanye tersebut.

Korupsi adalah perbuatan tidak terpuji, perbuatan yang dilakukan pejabat publik, baik politisi ataupun Pengawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Di hari korupsi sedunia ini dan bertepatan juga hari politik maksudnya pemilihan kepala daerah, harapannya pemimpin yang terpilih nanti tidak melakukan tindakan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun