Hidup mandiri dan jauh dari orangtua serta kesayangan adalah salah satu rintangan sekaligus tantangan yang (bisa jadi) dialami oleh seluruh siswa SMA Taruna Nusantara. Asrama 24 jam dan jatah liburan (hanya) setiap enam bulan membuat waktu bercengkrama dengan kesayangan menjadi terbatas. Terlebih bagi siswa baru yang wajib mengikuti pendidikan dasar kedisiplinan (PDK) selama kurang lebih 3 bulan pertama masuk sekolah. Tanpa smartphone. Tanpa orang tua. Tanpa SMS dari pacar. Gak kebayang kan gimana kangennya? Bener-bener gak kebayang kalau dia udah nemu yang lain.
Masa PDK adalah masa yang berat, sulit, sekaligus seru untuk dikenang dan diceritakan. Bangun pagi gak akan melebihi jam 5 lagi. Gak ada waktu buat leha-leha. Dan tangan gak akan mulus lagi, kecuali kalau mau ke sekolah tanpa pakaian.
Di masa ini pula, kita mengerti betul definisi kata kangen atau homesick alias rindu kampung halaman. Bagi yang terbiasa dibangunkan Mamah atau didongengi Putri Tidur sebelum terlelap, waktu bangun dan berebah menjelang tidur adalah waktu yang paling membuat kepingan hati rasanya sudah gak bisa direkatkan lagi. Tapi, bukan anak TN kalau hanya berhenti di situ.
Disiplin pribadi mendorong tumbuh kembangnya kreativitas.
Disiplin jalan. Aturan taat. Bukan berarti akal sendat. Termasuk dalam hal mengobati homesick. Berikut beberapa cara ala anak TN mengobati rasa rindu yang datangnya, terkadang, gak kenal waktu.
Menyemprot bantal dengan aroma parfum Mamah
Tidak hanya parfum mamah, bisa parfum siapa pun, tergantung kebutuhan. Malah terkadang penyemprotan dijadwal supaya bisa dikangenin semuanya.
“Belajar yang rajin ya, Nak!”
“Mamah selalu mendoakanmu.”
“Jangan lupa salat, Nak.”
Pesan-pesan keibuan seperti itu akan teringat kembali setiap mencium aroma khas ibu. Selain bantal, sajadah juga disemprot, supaya di setiap salat selalu teringat orang tua dan selalu mendoakan untuk kesehatan dan kebahagiaan mereka.