Pengamatan meteorologi udara atas atau yang sering disebut upper air observation adalah pengamatan parameter - parameter cuaca di lapisan atas, dimana pengamatan udara atas diperoleh dari pengamatan Radiosonde dan pengamatan pilot balon. Perlu diketahui bahwa pada tahun 124, Kolonel William Blaire dari U.S. Signal Corp melakukan eksperimen pertama mengenai pengukuran temperatur udara atas menggunakan balon. Pengamatan Udara Atas yang dilakukan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), juga menggunakan sebuah balon yang diterbangkan bernama pibal yang kemudian diamati menggunakan sebuah theodolite
Apa itu theodolite?
Instrumen atau alat - alat yang digunakan dalam pengamatan pibal adalah balon udara yang diterbangkan kemudian kita membidiknya dengan theodolite. theodolite ini merupakan alat bidik semacam teropong yang tujuannya untuk mengamati balon udara dengan membaca nilai azimuth dan elevasi setiap menitnya. Theodolite banyak dipilih oleh para surveyor lapangan karena kemampuannya membaca tingkat elevasi dan menentukan koordinat suatu titik. sudut yang bisa dibaca dalam alat theodolite adalah pada satuan sekon(detik).
Theodolite lebih mudah digunakan daripada alat survey lain yang serupa
Untuk mengukur sudut secara vertikal ataupun horizontal kini lebih mudah dilakukan dengan theodolite. Alat ini bekerja berdasarkan sistem optik ini merupakan  alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam kegiatan surveying. Pada dasarnya prinsip kerja theodolit ini mirip dengan sebuah perlengkapan teleskop. Yaitu teleskop yang ditempatkan pada piringan berbentuk bulat sehingga surveyor dapat memutarnya mengelilingi sumbu vertikal.
Pemakaian alat ini mempermudah pengguna untuk dapat membaca sudut horizontal. Terdapat juga piringan yang kedua dimana teleskop tersebut juga dipasang. Pemasangan teleskop dari theodolit ini membuat alat tersebut dapat diputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga theodolit mampu membaca sudut vertikal.
Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk membaca tangkapan dari alat ini. Sebaiknya alat ini digunakan untuk hanya tempat atau situs-situs yang luas, cukup sulit untuk diukur, dan situs-situs dengan relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital, hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan secara manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah baik digital maupun konvensional memiliki bagian sama.
Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu yang dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian bawah.Â
Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius (N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2), pada S2 diletakkan platberbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar bila teropong diputar pada S1  dan lingkaran berguna untuk  membaca skala sudut mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru  akan  berputar bila teropong diputar terhadap  S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring atau yang disebut dengan sudut elevasi.Â
Sumber Referensi :Â
Munawiru, Tarry. 2015. Sistem Kerja Theodolit. http://tarrymunawiru.blogspot.com/2015/01/sistem-kerja-theodolit.html. Diakses pada 20 April 2021, Pukul 21.36
Pribadi, Bonggo dan Ariastuti, Luhtu. 2017. Mengamati Cuaca Udara Atas, Edisi 4 Mei 2017. Buletin Metrodome Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai, Denpasar.