Jurnalis tempo dulu mempunyai banyak 'ladang' perpeloncoan sebelum benar-benar kuli tinta (istilah dulu ya). Saya termasuk di dalam gerbong itu.
Salah satunya adalah kamar mayat rumah sakit. Istilah sekarang adalah Instalasi Kamar Jenazah (IKJ).
Karena saya bekerja sebagai jurnalis koran yang berkantor pusat di Ibu Kota Jakarta.
Maka IKJ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat menjadi tempat mangkal yang paling akrab terutama bagi jurnalis kriminal seperti saya ini.
Awal-awal saya menjadi jurnalis sekitar tahun 1986 (kebetulan sambil kuliah) oleh editor saya sengaja 'diceburin'. Katanya, biar saya 'akrab' dengan banden alias mayat.
Agar panca indera saya dilatih untuk mengamati yang detail-detail fakta agar saya menulis sesuai dengan apa adanya fakta. Kata dosen saya di kampus ketika itu: fakta itu suci.
Editor saya waktu itu hanya bilang begini: tugas awalmu masuk keluar polsek-polsek hingga polres ya.
Lalu kamu melipir ke kantor pengadilan. Cari sidang dakwaan, tuntutan atau vonis. Pemeriksaan saksi ditinggal saja kecuali jika sidangnya melibatkan sosok tokoh ya. Misalnya artis atau sejenisnya. Catat itu! Titik! Â
Dan terakhir jangan lupa, pesan editor saya: kamu jangan juga singgah ke kamar mayat ya. Jangan sampai ada berita mayat bobol (istilah editor saya).
Belakangan saya malah disuruh nge-beat di kamat mayat hahahahaha. Gubrak!
Jujur saja awalnya saya ngeper juga untuk nge-beat di kamar mayat.