Ada kejadian menarik ketika saya ngepos di kamar mayat RSCM. Entah becanda atau serius, editor saya meminta saya membawa kelingking mayat dari RSCM. Alamak! Gile bener!
Karena ini perintah dan saya lagi 'panas-panasnya' menjadi jurnalis muda maka saya pun mengiyakan permintaan editor saya itu. Ini bukan permintaan tetapi perintah. Wajib dilaksanakan.
Tuhan baik. Saat saya numpang pipis di toilet kamar mayat saya menemukan entah kelingking mayat siapa di saluran air itu.
Saya masukin dalam plastik bekas bakwan dan saya bawa ke kantor dan tunjukkan ke editor saya. Editor saya kaget. Dia lalu perintahkan saya untuk balikin kelingking mayat itu ke kamar mayat.
Ternyata perintah editor saya itu hanya candaan belaka. Tapi namanya masih anak bawang di dunia kejurnalistikan, candaan itu saya anggap serius.
Namun lepas dari itu menjadi jurnalis harus lebih banyak di lapangan. Beruntung teman-teman jurnalis tempo dulu yang dipaksa akrab dengan tempat-tempat seram seperti kamar mayat itu.
Bukan sekadar uji nyali tetapi benar - kata editor saya itu - dengan ke lapangan maka jurnalis akan mendapatkan detail-detail dari setiap fakta yang nanti ditulis menjadi berita.
Ke lapangan jelas berbeda dengan copy paste atau minta contekan dari rekan jurnalis lainnya karena si jurnalis telat datang ke acara apalagi alasannya karena bangun kesiangan hahahaha.
Kata editor saya ketika itu: elu jangan pulang tanpa membawa berita. Awas lu!
Diakui atau tidak, kamar mayat di RSCM atau Palhit di Petamburan adalah kawah candradimuka calon jurnalis andal tempo dulu. Entah sekarang?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H