Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Â Tanda-tanda bakal sirna pun belum tampak. Namun, tiba-tiba saja ingatan saya kembali kepada sebuah foto yang saya ambil di kawasan Braga Bandung sebelum wabah virus corona berkecamuk di negeri ini.
Foto tersebut saya ambil persis di sebelah warung makan Cemara. Â Ketika itu jam menunjukkan hampir pukul 10 malam.
Naluri jurnalis saya muncul ketika melihat moment langkah ini: seorang ibu tua renta sambil tertidur (mungkin) tetapi tangannya menengadah berharap ada pengunjung di sebuah minimarket yang ibah dan mengucurkan rupiah demi rupiah ke gelas plastik bekas air mineral.
Sekitar 20-an lebih frame yg saya ambil dari peristiwa ini. Hasilnya (dari pencahayaan dan komposisi), foto ini yang paling ciamik! Setidaknya menurut saya.
Saya tidak kenal ibu ini. Namanya pun saya tidak tahu tetapi foto ini bisa bercerita banyak tentang sebuah kemiskinan di kota-kota besar seperti di Kota Paris van Java.
Sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana seorang ibu yang sudah termakan usia ini. Di tengah malam masih mencari sesuap nasi agar hidup ini bisa bergulir panjang. Di mana anak-anaknya; di mana sanak-keluarganya.
Dia berjuang mati-matian ketika dingin menyeruak dan mencubit tubuhnya yang sudah keriput itu. Angin malam yang jahat merobek kulitnya. Ia masih bertahan hidup meski hanya bermodalkan menjulurkan tangan: berharap ada yang ibah dan terenyuk.
Setiap akhir pekan usai mengajar di kampus, saya selalu menyambangi Kota Bandung menggunakan bus travel. Menghabiskan akhir pekan di kota kedua saya itu. Saya biasa menginap di Cihampelas atau Braga. Senin saya kembali ke Jakarta. Â
Saya tidak tahu di mana sekarang ibu tua rentah tersebut karena saya tidak mengunjungi Braga di masa pandemi Covid-19 ini. Ya cukup lama juga!
Jumlah Warga Miskin