Mohon tunggu...
Norma Hariyanti
Norma Hariyanti Mohon Tunggu... -

I believe, I can do

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran-aliran Dalam Filsafat Manusia

9 April 2014   03:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 4682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Aliran-aliran lain,selain dua aliran tersebut pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang kemudian terhadap kedua alirantersebut. Dibawah ini akan dijelaskan aliran materialisme dan aliran idealisme.

1. 1. Materialisme

Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat materialis atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasi (dihitung), diobservasi. Alam spiritual atau jiwa, yang tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya.

Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat spiritual di balik gejala atau peristiwa yang bersifat material itu. Kalau ada peistiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu bukan berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal kita saja yang belum dapat memahaminya. Penjelasan tentang gejala tersebut tidak perlu dicari di dalam dunia spiritual, karena tidak ada yang namanya dunia spiritual.

Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa setiap gejala, setiap gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausalitas, hukum sebab-akibat, atau hukum stimulus-respons. Gejala yang kita amati tidak bergerak dengan sendirinya, melankan karena ada sebab-sebab eksternal yang mendahului atau menggerakkannya.

Konsep manusia menurut pandangan materialisme

Manusia adalah bagian dari alam atau materi. Sebagai bagian dari alam, manusia adalah objek yang substansinya adalah berkeluasan. Manusia adalah mesin atau kumpulan sel dan sistem syaraf. Manusia adalah daging (tubuh) tanpa jiwa. Ia adalah daging (tubuh) yang menempati ruang dan waktu. Sebagai tubuh (daging), manusia mengalami perkembangan dan penyusutan, sejalan dengan perjalanan waktu.

Manusia merupakan makhluk yang determenistik, tidak memiliki kebebasan. Perilaku manusia tidak lain adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Perilaku manusia tidak berasal dari dirinya sendiri (self-determined). Manusia berperilaku karena ada suatu sebab yang mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk diberikan respons atau reaksi.

Tokoh-tokoh

Demokritos, Ludwig Feurbach, Thomas Hobbes, Isaac Newton, Karl Max, Charles Darwin, Sigmund Freud.

Kelebihan

- Materialisme menjunjung sikap legalitas dimana untuk menjunjung suatu kepastian sehingga tidak tercipta kesewenang-wenangan.

- Materialisme berpegang teguh pada kenyataan, dengan kata lain menolak hal-hal yang bersifat abstrak.

Kekurangan

- Aliran ini meyakini bahwa doktrin alam semesta yang digambarkan di sains merupakan materialism sederhana (tidak meyakini realitas tertingggi/mutlak).

2. 2. Idealisme

Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering juga disebut spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada ada kekuatan atau kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metaphor-metafor kesadaran manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak, berperasaan, kreatif, dan lain-lain.

Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, tidak berarti bahwa idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hokum alam. Sebagaimana dikemukakan Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam itu memang ada, tetapi keberadaannya merupakan manifestasi dan kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi, yakni Roh Absolut. Seperti halnya kebudayaan dan kesenian merupakan manifestasi lahiriah dari jiwa manusia, alam fisik pun adalah manifestasi lahiriah dari kenyataan sejati, yani Roh Absolut atau Tuhan. Para idealis percaya adanya gerak pada setiap planet dan adanya hukum alam, tetapi baik gerak planet-planet maupun hukum alam, sudah didesain terlebih dulu oleh kekuatan spiritual.

Konsep manusia menurut pandangan Idealisme

Sejumlah besar penganut paham idealism mempunyai pandangan deterministik mengenai manusia. Mereka menyatakan bahwa Roh Absolut (Tuhan) adalah bebas dan tidak berhingga, tetapi manusia sebagai bagian atau perwujudan dari Roh Absolut, tidak bebas dan berhingga. Baik kedudukan maupun tindakan manusia sudah diatur atau ditentukan sebelumnya oleh Roh Absolut. Tidak ada kebebasan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, karena kebebasan manusia sesungguhnya adalah kebebasan Roh Absolut. Perkembangan manusia pada dasarnya adalah perkembangan Roh Absolut.

Akan tetapi, tidak semua idealismempunyai pandangan yang deterministik seperti itu. Di Antara para idealis banyak juga yang menekankan kebebasan manusia. Ini terutsms tampak pada salah satu aliran dari idealism yang disebut personalisme. Personalisme menekankan bahwa Roh bersifat pribadi-pribadi (individual), masing-masing berdiri sendiri-sendiri, sehingga setiap pribadi, setiap individu, mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan dirinya sendiri.

Tokoh-tokoh idealisme:

Plato, George Wilhelm Friedrich Hegel, Immanuel Kant, David Hume, Al Ghazali, Johan Gottlieb Fitche, Friedrich Wilhelm Joseph von Schelling.

Kelebihan

- Aliran ini menjunjung ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya.

- Aliran ini dapat melukiskan suatu rencana atau program yang belum ada.

Kekurangan

- Aliran ini memandang jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta sementara mteri hanyalah gagasan yang tidak jelas.

- Suatu rencana yang belum ada belum tentu benar dan sesuai menurut jiwa itu sendiri.

Aliran-aliran Lain

Di samping kedua aliran tersebut, terdapat beberapa aliran lain seperti dualism, vitalisme, eksistensialisme, dan strukturalisme. Aliran-aliran tersebut merupakan reaksi atas materialisme dan idealism.

a. Dualisme

Menurut aliran dualisme, kenyatan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini – apakah itu pergerakan bintang-gemintang di angkasa raya maupun perilaku dan berbagai kejadian dalam sejarah umat manusia –pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya pada satu substansi atau esensi saj. Tidak betul kalau dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material, karena banyak kejadian di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan berdasarkan pada gejala-gejala yang bisa diukur oleh ilmu-ilmu alam atau diamati oleh pancaindera. Tidak betul juga jika dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah roh atau jiwa, karena siapa pun tidak bisa menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang betul adalah bahwa kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh.

Konsep manusia

Apa yang merupakan esensi dari kenyataan adalah juga merupakan esensi dari manusia. Makhluk adalah makhluk yang terdiri dari dua substansi, yakni materi dan roh, atau tubuh dan jiwa. Sebagaimana dikemukakan oleh Descartes (1596-1650), tubuh adalah substansi yang ciri atau karakteristiknya adalah berkeluasan (res extensa), menempati ruang dan waktu. Akan tetapi, dengan diakuinya keberadaan tubuh, tidak berarti harus menolak keberadaan jiwa. Keberadaan jiwa, meski tidak bisa diamati secara inderawi, tetapi bisa dibuktikan melaui rasio (pikiran). Roh atau jiwa ini bersifat mutlak dan tidak bisa diragukan, meski sebagai sesuatu yang bersifat spiritual ia tidak menempati ruang dan dan waktu, tidak bisa diukur, dihitung, atau dikuantifikasi sebagaimana materi. Maka esensi manusia yaitu jiwa dan tubuh.

Tokoh-tokoh

Thomas Hyde, Rene Descartes, Leibniz, Immanuel Kant, Plato.

Kelebihan

- Dualisme dapat memadukan antara hakikat rohani dan materi.

- Dualisme meyakini meskipun ada 2 substansi terpisah namun keduanya saling berkaitan erat satu dengan yang lain.

Kekurangan

- Aliran ini terkesan membingungkan karena pada dasarnya memadukan sesuatu yang berlawanan yakni aliran materialisme dan idealisme sehingga tidak mempunyai kebenaran hakiki didalamnya yang dijadikan sebagai kepastian sumber aliran ini.

b. Vitalisme

Vitalisme adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak-rasional. Vitalisme percaya bahwa seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya merupakan perwujudan dari energy-energi atau kekuatan-kekuatan yang tidak-rasional dan instingtif. Setiap keputusan atau perilaku manusia yang dianggap “rasional” pada dasarnya adalah rasionalisasi saja dari keputusan-keputusan yang tidak-rasional tersebut. Manusia merasa bahwa perilakunya seolah-olah dilandasi oleh keputusan-keputusan yang rasional, tetapi sesungguhnya didasari oleh energi, naluri, atau nafsu yang tidak-rasional. Rasio hanyalah alat yang berfungsi untuk merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-keputusan yang sebetulnya tidak-rasional.

Konsep manusia

Peristiwa-peristiwa penting yang menentukan jalannya sejarah dan peradaban manusia, seperti revolusi-revolusi, hamper selalu digerakkan oleh dorongan-dorongan atau energi-energi yang sangat tidak-rasional dan liar. Peristiwa-peristiwa tersebut bersumber dari energy yang tidak-rasional, yang sering dinamakan “kehendak buta” (Schopenhauer), atau “kehendak untuk berkuasa” (Nietzsche), atau Id (Freud). Hewan dan manusia, melalui kehendaknya yang tidak-rasional dan liar, justru lebih bisa mempertahankan hidupnya daripada menggunakan pikiran yang rasional. Dalam banyak kasus dan kejadian, pikiran-pikiran rasional tunduk atau menjadi alat untuk kehendak yang tidak-rasional.

Tokoh-tokoh

Henry Bergson, Friedrich Neitzhe, Johan Jacob Berzelius, Galen.

Kelebihan

- Aliran ini meyakini bahwa ada kekuatan yang memiliki peran esensial mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta ini (Tuhan).

- Aliran ini memandang bahwa kehidupan ini tidak sepenuhnya dijelaskan secara fisika dan kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak hidup.

Kekurangan

- Aliran ini ditentang karena oleh beberapa orang karena dalam ilmu alamiah dikatakan bahwa segala sesuatunya harus dapat dianalisis secara eksperimen.

c. Eksistensialisme

Istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks = keluar, sister = ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi memiliki arti sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “ sesuatu yang mampu melampaui dirinya sendiri”.Eksistensialisme tidak membahas esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi yang ada di balik penampakan manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Esensi atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga menafikan sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi justru mengacu pada sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis.

Konsep manusia

Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak ada sesuatu pun yang mempunyai ciri atau karakter existere, selain manusia. Hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manusia yangsanggup keluardari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya, berusaha untuk tidak terkungkung oleh segala keterbatasan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, para eksistensialis menyebuit manusia sebagai suatu proses, “menjadi”, gerak yang aktif dan dinamis.

Tokoh-tokoh

Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martia Buber, Martin Heidegger, Karl Jaippers, Gabril Marcel, Paul Tillich.

Kelebihan

- Aliran ini memaparkan keekstensian manusia sebagai manusia yang memanusiakan manusia. Kita dapat mengetahui apa sebenarnya peran manusia itu sendiri dalam kehidupan.

- Aliran ini menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

Kekurangan

- Pengertian dari aliran ini sulit dirumuskan bahkan masih terdapat simpang siur dari para ahli

- Aliran ini memandang bahwa manusia selalu merekontruksi dirinya, jadi materi yang dibahas tidak pernah selesai.

d. Strukturalisme

Srukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat manusia yang menempatkan struktur (sistem) Bahasa dan budaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia. Para strukturalis meyakini bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya. Tidak ada perilaku, pola berpikir, dan kesadaran manusia yang bersifat individual dan unik, yang bebas dari sistem Bahasa dan kebudayaan yang mengungkungnya. Bahasa dan budaya di mana kita tinggal menentukan segala-galanya dan kita mau tidak mau tunduk kepadanya.

Konsep manusia

Aliran ini berpandangan bahwa “aku” atau manusia bukanlah pusat realitas. Makna dan keberadaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem, persis sama seperti makna dan keberadaan huruf atau kata (istilah) dalam sistem bahasa tertentu. Ada aturan main yang menyebabkan manusia, sadar atau tidak sadar, harus mematuhi aturan-aturan di dalam sistem tersebut.

Tokoh-tokoh

Robert Scholes, Ferdinand de Saussure, Leonard Bloomfield, Louis Hjlemslev, Roman Osipocich Jakobson, Nikolai Trubetzkoy.

Kelebihan

- Aliran ini berhasil membuka perspektif-perspektif baru mengenai mitos.

- Aliran ini tidak hanya menarik dalam perspektif kajiannya namun juga dalam metodenya.

Kekurangan

- Bahasan dalam aliran ini tidak mudah diringkas dan sulit dipahami. Gagasannya sering sangat abstrak.

- Kesulitan yang menyangkut transformasi logis yang digunakannya untuk berpindah dari kaidah struktural dasar ke variasi penyempitan kultural.

e. Posmodernisme

Aliran posmodernisme diawali dengan kebangkitan era media informasi. Era informasi ini bukan hanya mengubah pekerjaan kita tetapi juga menghubungkan seluruh belahan dunia. Masyarakat informasi berfungsi berdasarkan jaringan komunikasi yang meliputi seluruh muka bumi. Efisiensi sistem tersebut sangat mengejutkan.

Paham posmodernisme meragukan konsep kebenaran universal yang dibuktikan dengan usaha-usaha rasio. Paham ini tidak mau menjadikan rasio sebagai tolok ukur kebenaran. Posmodernisme mencari sesuatu yang lebih tinggi daripada rasio. Mereka menemukan cara-cara nonrasional untuk mencari pengetahuan, yaitu: melalui emosi dan intuisi.

Kebenaran atau kekeliruan menurut paham ini tidak perlu harus membuktikan diri bahwa mereka benar dan orang lain salah. Bagi mereka, masalah keyakinan/kepercayaan adalah masalah konteks sosial. Mereka menyimpulkan,"Apa yang benar untuk kami, mungkin saja salah bagi Anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok dalam konteks anda."

(http://ahmadulyani03.blogspot.com/2013/02/aliran-postmodernisme.html)

Konsep manusia.

Istilah posmodernisme mula-mula dikenalkan oleh Lyotard secara eksplisit lewat karyanya The Postmodern Condition: A Report and Knowledge. Dalam bukunya tersebut Lyotard menolak ide dasar filsafat modern yang dilegitimasi prinsip kesatuan ontologis. Menurutnya prinsip-prinsip seperti itu sudah tidak lagi relevan dengan realitas kontemporer. Sebaliknya, ia menawarkan ide parologi atau pluralitas. Manusia harus membuka kesadaranya dan menerima realitas plural. Menurutnya tiap pengetahuan bergerak dalam language game masing-masing, dan kebenaran selalu terkait pada penilaian orang melalui bahasa yang digunakan (Arifin, 1994:34). Jadi, kebenaran adalah selalu interpretatif, dan karena interpretatif maka sulit untuk dipastikan. (http://tanggamutiara.blogspot.com/2012/12/postmodernisme-i.html)

Tokoh-tokoh

Michel Foucolt, Charles Sanders Pierce, Roland Barthes, Umberto Eco, Roman Osipocich Jakobson

Kelebihan

- Aliran ini sebagai paradigma baru yang relevan sesuai dengan perkembangan jaman.

- Dengan adanya aliran ini, identitas diri muncul dari kelompok.

Kekurangan

- Dalam posmodernisme, pikiran digantikan keinginan, penalaran digantikan dengan emosi, dan moralitas digantikan dengan relativitas.

- Dalam aliran ini memandang bahwa individu terkunci dalam perspektif terbatas yakni ras, gender, dan grup etnis masing-masing.

Referensi

Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung : PT Persada Rosdakarya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun