Mohon tunggu...
Norm(a) Rahmawati
Norm(a) Rahmawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Merantau, Membaca, Belajar, Menullis... Fighting m/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Begini Rasanya Tersesat di Hutan Belantara Gunung Argopuro

4 Mei 2012   19:15 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 15212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sudah berkali-kali naik gunung, namun baru kali itu mengerti rasanya tersesat. Waktu itu saya dan teman-teman mengisi liburan untuk mendaki gunung. Lagi-lagi kami memilih gunung, tempat favorit kami. Kali ini kami memilih Gunung Argopuro. Gunung Argopuro terletak di daerah perbatasan Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo dan merupakan bekas gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi. Gunung ini termasuk dalam wilayah Pegunungan Hyang dan memiliki jalur track terpanjang di Jawa. Dari desas desus yang saya dengar, memang banyak pendaki yang tersesat di gunung ini. Tak sedikit pula yang hilang dan tak pernah ditemukan kembali ketika mendaki gunung ini.

Kembali ke cerita, waktu itu tepat tanggal 24 Desember 2011 Saya dan 7 rekan ingin merasakan jalur pendakian Argopuro. Kami berangkat lewat jalur Bremi Kabupaten Probolinggo. Sekitar pkl 10.00 WIB masalah perijinan sudah beres dan kami langsung melanjutkan perjalanan dengan tujuan pertama adalah Danau Taman Hidup. Perjalanan normal ke Danau Taman Hidup hanya membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam, tapi karena tersesat kami tidak juga sampai di danau tersebut hingga hari mulai gelap. Terpaksa kami memasang tenda di hutan belantara yang asing dan sunyi.

Kami mulai tersesat ketika menghadapi dua jalur persimpangan. Kami memilih jalur ke kanan daripada lurus karena jalur ke kanan lebih landai. Awalnya kami mengira kedua jalur tersebut memiliki titik temu. Namun perkiraan kami salah. Setelah berjalan beberapa lama kami menemui jalan buntu. Rupanya ini adalah jalan tikus yang sering dilalui penebang kayu. Kami mencari jalan keluar mengikuti arah GPS.

Kami agak lega ketika akhirnya kembali menemui jalur pendakian. Namun masalah baru muncul karena kami tidak tahu kemana arah kaki harus melanjutkan langkah. Setelah berjalan agak lama dan hari mulai gelap, kami masih belum menemukan Danau Taman Hidup. Kami tidak mau mengambil resiko tersesat lebih jauh lagi jika berjalan dalam keadaan gelap. Akhirnya kami memutuskan segera mencari dataran yang agak landai untuk memasang tenda.

Menemukan jalan

Malam itu kami langsung tidur tanpa memasak terlebih dahulu. Badan rasanya sudah pegal, lagi pula tak ada tempat yang nyaman untuk memasak disitu. Terlalu sempit. Suasana sepi dan gelap membuatku merinding.

Sebelum tidur kami menyempatkan diri untuk berdiskusi. Kami bermain-main dengan alat GPS dan menemukan fakta yang sangat menyebalkan sekaligus menyenangkan. Ternyata titik koordinat Danau Taman Hidup yang di plot pada GPS salah. Pantas saja kami tetap tersesat meskipun sudah mengikuti arah yang ditunjukkan GPS.

Terlihat pada peta di GPS, posisi Danau Taman Hidup tidak begitu jauh dari tempat kami menginap malam itu. Kami pun sempat mendengar teriakan beberapa manusia saat pagi tiba. Kami yakin suara itu berasal dari Danau Taman Hidup. Sayang mereka tidak mendengar suara kami saat membalas teriakannya. Sedekat apapun jaraknya, kami tetap terhalang oleh pohon-pohon yang lebat, bukit yang menjulang, dan jurang yang dalam.

Esok harinya kami berangkat pagi-pagi untuk melakukan pencarian. Pencarian jalur yang benar menuju Danau Taman Hidup. Syukurlah pkl 09.00 WIB keindahan Danau Taman Hidup mulai terlihat. Kami lega, kami girang, dan segera berlari memeluk gubuknya. Kami berfotoria di gubuk yang dibanjiri air danau, di gubuk yang setengah rapuh dimakan usia. Beberapa anak kecil sudah berdiri di gubuk itu lengkap dengan alat pancingnya. Mereka adalah penduduk Desa Bremi yang sudah terbiasa bermain di danau itu. Senangnya.

13361579661948144470
13361579661948144470

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun