Mohon tunggu...
Nori Laras Wati
Nori Laras Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berjuang demi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PPK Ormawa SIM UNS 2023 Adakan Workshop Filosofi Pakaian Adat Jawa di Desa Sidowarno, Klaten

15 September 2023   08:20 Diperbarui: 15 September 2023   08:38 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto Sendiri 

Berkembangnya jaman mengantarkan evolusi busana yang tidak hanya untuk memenuhi fungsi konkritnya tetapi juga sebagai penyalur ekspresi seni. Busana atau “Bhusana” dalam bahasa sansekerta, adalah segala sesuatu yang digunakan dari kepala hingga ujung kaki. Salah satu busana yang populer dikalangan Masyarakat ialah busana pesta. Busana pesta memiliki keistimewaan dari aspek siluet, desain, bahan yang digunakan, warna, corak, dan motif yang penuh filosofis, serta aksesoris yang indah. Salah satu aksesoris yang sering digunakan dalam busana, khususnya busana pesta, adalah payet. Payet merupakan hiasan yang memiliki kilau, berbentuk bulat, ukurannya kecil, untuk memberikan kesan menarik dan indah. 

Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, memiliki puluhan pengrajin payet yang sangat berpotensi untuk mengangkat perekonomian local. Tetapi, sejak pandemic covid-19 kegiatan ini mengalami beberapa hambatan. Selain itu, terdapat permasalahan lain seperti belum terjangkau dengan luasnya pemasaran produk dari payet itu sendiri, dan mayoritas pemasaran yang masih dilakukan secara langsung dari pengrajin ke pasar, salah satunya pasar beringharjo. 

Organisasi Kemahasiswaan Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) Universitas Sebelas Maret melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK-ORMAWA), menyelenggarakan program dengan tajuk “Optimalisasi Pemasaran Industri Payet Melalui Creative Marketing Guna Mendukung Potensi Lokal Di Desa Sidowarno Klaten”.  Program ini bertujuan untuk menghasilkan sociopreneur dengan identitas produk yang mampu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kemudian, produk dari Desa Sidowarno dapat dikenal lebih luas dengan bantuan antar elemen yang ada di masyarakat. Selain itu, diharapkan masyarakat Desa Sidowarno dapat lebih memahami skill dalam berwirausaha dalam hal strategi marketing era digital. Hal ini penting untuk lebih mengenalkan produk dengan diukur melalui penilaian kuisioner yang nantinya dapat menjadi data perkembangan masyarakat yang mengenal payet dan pelanggan payet sebelum dan sesudah adanya program. 

Salah satu rangkaian acara dari PPK-ORMAWA SIM UNS adalah diadakannya Workshop Filosofi Pakaian Adat Jawa yang ditujukan kepada para pengrajin di Dusun Ngunut, Desa Sidowarno. Diadakannya acara ini, merupakan hasil audiensi dengan para pengrajin yang menyatakan bahwa mereka merasa bias terhadap filosofi pakaian jawa, motif-motif payet, dll. Hal ini, juga disebabkan karena adanya beberapa miss-komunikasi yang pernah terjadi antara pengrajin dengan pembeli berkaitan dengan penyebutan nama-nama pakaian adat jawa. Sehingga, untuk menghindari kejadian serupa di masa yang akan datang serta dalam rangka penyamaan persepsi dan memberikan wawasan kepada pengrajin, tim PPK ORMAWA SIM UNS menyelenggarakan Workshop mengenai filosofi pakaian jawa yang terlaksana di Balai Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten. 

Acara yang dihadiri para pengrajin payet ini, menghadirkan pembicara yang expert di bidangnya yaitu Bapak Drs. KRAT. Supardjo Dwijo Hadinagoro, M. Hum. Beliau merupakan Pengurus dan Editor di Yayasan Sastra Lestari Surakarta sejak tahun 1997.  Beliau juga merupakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret periode 2015-2019. Melalui kegiatan yang dilaksanakan pada 24 Agustus 2023 ini, beliau membawakan materi mengenai “Ageman Kejawen Tumrap Kakung”. 

Dalam materinya, beliau menyampaikan bahwasannya ageman kejawen yang akan ia sampaikan adalah berdasarkan tatacara penggunaan di Keraton Surakarta. Dalam ageman jawi jangkep untuk pria, terdiri dari dhestar, atau sering disebut juga sebagai blangkon berasal dari kata “blangko” yang berarti siap pakai, rasukan krowok,  sabuk, epek, nyamping, wangkingan, dan lambaran suku. Selanjutnya terdapat rasukan krowok, sabuk, epek, nyamping(sinjang), wangkingan, dan lambaran suku. Beliau menjelaskan mengenai elemen-elemen diatas, bagaimana cara menggunakannya, filosofi warna, dll. Pengrajin yang mengikuti workshop tersebut sangat antusias terhadap materi yang dibawakan. Mereka terlihat aktif melayangkan pertanyaan kepada pembicara. 

Tim PPK ORMAWA SIM UNS, diketuai oleh Muhammad Ibnu Attoilah bersama 13 rekannya dan dibimbing oleh Prof.Dr.Eddy Heraldy, M.Si. Rangkaian programnya akan berakhir pada bulan November 2023 mendatang. Nantinya, akan banyak program dan kegiatan lain yang akan berfokus memberikan binaan kepada para pengrajin payet khususnya mengenai pemasaran kreatif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun