Sore itu, ku coba meluangkan sedikit waktu ku setelah jam kerja berakhir. Seperti biasa, aku berbincang-bincang dengan kawan dekat lewat chatting FB via AIM atau berkicau-ria melalui akun twitter. Kemudian, dalam benak saya mulai terpikir untuk log-in ke Facebook sekedar menyapa sahabat yang terbiasa bercengkrama saling bersahut komentar di status atau saling menyapa melalui tulisan di dinding.
[caption id="attachment_170538" align="aligncenter" width="370" caption="Sintru"][/caption]
Setelah log in dan membaca beberapa notifikasi, rasanya ada yang ganjil. Kemudian ku coba mendatangi profile seorang sahabat, teman masa SMK dulu. Lho? Rasanya seperti ada yang aneh. Kemudian, ku ketikkan namanya dalam kolom pencarian. Aneh, tak terlihat juga. Padahal siang hari sebelumnya aku masih bisa melihat lifestream status update-nya. Jejeran namanya-pun masih ada jelas dalam deretan nama yang online dalam chatting FB. Ada apa ini? Dan kemudian, baru ku sadari kini aku kembali di blokir oleh-nya. "Ooh.. yasudah". Kataku dalam hati.
Masih penasaran, ku coba tanyakan melalui teman-teman yang sebagian besar tentu merupakan mutual friend-ku dengan gadis yang dimaksud. Ku tanya pada mereka, "Apakah FB si Gadis masih aktif", takut suudzon mungkin saja dia baru deactive FB-nya. Karena biasanya, jika sedang ada permasalahan dia sering kali seperti itu. Mendeactif-kan FB. Ternyata tidak. Baiklah kalau begitu. Sudah jelas kalau aku memang di blokir olehnya. Dan seperti yang ku ceritakan di atas, ini bukanlah kali pertama aku di blokir olehnya tanpa alasan yang pasti. Jadi bila ditanya, tentu aku sudah tidak kaget lagi. Yang jadi pertanyaan, apa yang jadi alasan baginya untuk memblokirku ke dua kalinya? Sungguh aku tak mengerti.
Ku coba koreksi apa yang menjadi salahku? Apakah ada yang salah pada diriku. Coba sebentar ku flash back apa yang terjadi akhir-akhir ini. Ah, rasanya tidak ada yang salah. Sampai akhirnya ku ingat status FB ku dua hari yang lalu:
"Teman sejati adalah ia yang meraih tangan kita dan menyentuh hati kita."
Mungkinkah ia merasa tersinggung? Tetapi sungguh, aku sama sekali tak bermaksud menyinggungnya. Karena akhir-akhir ini aku memang sedang tidak ingin memasang status pribadi karena aku merasa tak ada yang menarik dengan keadaan pribadiku. Lalu apa aku salah bila seminggu ini memasang status dengan mengutip kata-kata bijak? hm..
Wajar mungkin bila memang ku pikir dia tersinggung. Bagaimana tidak? Sebelumnya, ia pernah merasa tersinggung dengan status-statusku yang hampir sama dengan status di atas. Sebab ia memang cenderung mendekat pada seorang sahabat bila ia sedang membutuhkan sesuatu? Tapi, bukankah akan lebih baik bila ia bicara bila ada kata-kataku yang membuatnya tersinggung? Kenapa justru seperti ini? Aaah..
Ah sudahlah.. Tanpanya, aku masih bisa bernafas.. Tanpanya, aku juga masih dikelilingi sahabat-sahabat terbaikku. Tanpanya pula, aku masih bisa meraih masa depan. Lantas, kenapa aku masih bersih keras mencari tahu alasannya? Ia mungkin hanya kurang suka dengan-ku. Mungkin. Biarkan lah berlalu.. SINTRU sudah BERAKHIR.
*sebuah cerita untuk seorang sahabat
♥ Noriez, June 18th 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H