Mohon tunggu...
Norika Dewi
Norika Dewi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

a reader, a listeners..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hari yang Mengajariku untuk Tegar

7 Juni 2010   10:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini, entah apa yang mengabuti perasaan dalam dada ini. Pagi-pagi sekali, setelah sampai di kantor ku beranikan diri untuk mengirim permintaan pertemanan via facebook kepada seorang kawan lawa. Pria hitam manis itu, nampak berstatus bertunangan dengan seorang wanita yang jujur tak ku ketahui siapa gerangan dan bagaimana wajahnya karena wanita itu hanya menggunakan foto siluet matahari terbenam sebagai foto profilnya.

Kupikir, sudahlah. Tak ada gunanya juga aku cari lebih lanjut, dalam hatiku hanya ingin menyambung silaturahmi yang lama terputus karena penolakan atau lebih tepatnya, mengambangkan pernyataan cinta dari si pria ini. Mungkin sudah tak terbendung rasa sakit hati dan tak percaya atas apa yang ku lakukan kala itu. Berbagai pesan dan telepon masuk yang kutujukan padanya tak pernah terbalas. Percuma mungkin ku sempatkan diri untuk tetap menyambung silaturahmi ini. Tapi keputusanku sudah bulat. Ku coba kirim permintaan pertemanan itu dengan harapan, pria diseberang sana masih mau menerimanya.

Tak disangka, ketika sore ini ku coba log in ke facebook, ku cari profilenya. Dan DAMN. Entah kenapa hati ini berdebar begitu kencang, ada perasaan tak terima dan sakit hati serta ribuan kecewa, putus asa dan sesak dalam dada ketika ku dapati diabaikannya permintaan pertemananku. Aku begitu tak tahu apa alasan semua itu. Serta tak tahu pula, bagaimana dalam dada ini seolah ada perasaan tertusuk. Sedang di ujung kerongkongan seolah tak dapat berucap lagi..

Ku coba tetap tegar dan sabar, serta mengusir segala pikiran negatif yang muncul bertubi-tubi. Dan bila memang itu pilihannya untuk memutuskan silaturahmi ini, sudahlah ku terima dalam diam.

Jujur aku merasa perasaan ini tak wajar. Kucoba hubungi satu per satu kawan yang berkaitan dengannya, tapi sudahlah. Kuhentikan segala upaya itu, ku coba tuliskan segala rasa itu dalam rangkaian kata penuh makna di sini..

Jakarta, 7 Juni '10

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun