Mohon tunggu...
Norika Dewi
Norika Dewi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

a reader, a listeners..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Siluet Bayangmu

3 Agustus 2010   10:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:20 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedikit ruang yang tersisa dalam otak-ku dan alam  bawah sadar-ku. Ku manfaatkan untuk mengenangmu. Betapa-pun ku tak tahu, apa kau masih mengingatku atau tidak. Entah mengapa akhir-akhir ini yang ku ingat hanya kamu. Kamu yang dulu masih erat ku dekap dalam nyata. Meskipun kini dalam maya, bayanganmu-pun tak mampu ku raih. Sekedar ilusi akan potret wajah-mu hanya mampu ku jadikan siluet kelam yang indah bila ku pandang. Jika kita masih bersama, mungkin tak begini jadinya. Sore ini mungkin cerita tentangmu tak tertulis sedih di sosial blog ini. Pun aku akan lebih memilih menghubungimu dan mengirim pesan singkat yang akan terbaca langsung oleh-mu.

Ah tapi tidak. Jangankan yang langsung, secara maya ku hubungi pun aku tak sanggup lagi. Sekedar rasa sayang mungkin kurang bila ku timbang. Aku terlalu mencintaimu sampai takut kehilangan bayangan tentangmu. Sungguh, aku terlalu lelah menyembunyikan perasaanku sendiri. Jika kamu masih ada disampingku kala itu, jika kau mengangkat ratusan panggilan yang kau abaikan, serta membalas puluhan pesan singkat yang ku kirim untukmu, mungkin tak begini jadinya.

Mungkin egoku juga yang kala itu bertindak, aku lebih memilih tak ingin lagi mengenalmu dibanding rasa cemburu atau sakit hati bila tahu kau dengan yang lain. Aku tak mau.. Aku sungguh tak mau begitu. Karena yang aku mau, kamu ada untukku. Meskipun aku tak bisa selalu ada untukmu.

Jika waktu itu kau tak menjemputku, tak hadir kembali di hidupku, rasa sakit yang terasa seperti gumpalan batu yang tertahan di dada mungkin tak ada..

Sekarang pergilah sayang, jangan kembali meski hanya untuk memberiku seutas senyum yang akan menghancurkan kebahagiaanku dengan pria lain. Meski tak sepenuhnya, hidupku kini terasa jauh lebih baik dan tak tak ingin terusik. Aku terlalu dalam menyimpanmu dalam hatiku, hingga sebuah korekan yang mampu mencabik relung hatikupun tak mampu ku seak. Biar pikiranku yang menyeak-nyeak bayangmu dalam maya, dalam kelam yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.. Pikiran tentangmu, entah mengapa selalu ada dalam langkahku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun