Mohon tunggu...
Norika Dewi
Norika Dewi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

a reader, a listeners..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saya, di Usia 31 Tahun..

23 April 2010   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpikir bagaimana saya sepuluh tahun mendatang. -_- Masalahnya saya sendiri gak pernah tau, apakah disepuluh tahun mendatang, saya bisa menikmati nafas kehidupan? Hooo.. Sebuah misteri Ilahi. Semoga saja masih.. *amiin*

Berpikir tentang masa depan, maka tidak ubahnya seperti mengingat masa lalu. Kenapa? Karena saya ingin masa depan saya harus lebih baik dari masa lalu. Dan harus, harus berkaca dan belajar dari pengalaman. Baik pengalaman diri sendiri maupun orang lain.

Well, sekarang saya mungkin tertinggal oleh kawan-kawan seangkatan saya waktu SMK. Meskipun kesempatan untuk mencicipi bangku kuliah terbuka lebar, tapi mungkin itu belum menjadi rezeki saya. Biarkan anak-anak saya yang menikmatinya nanti. Semoga bisa. Gak bisa kuliah, bukan berarti membuat diri saya jadi minder dengan kawan-kawan lain yang punya kesempatan itu. Kalau saya bertemu kawan-kawan yang notabene punya gelar `anak kampus` sedang saya hanya bergelar `karyawati` tentu ada rasa bangga yang kemudian muncul dari dalam diri saya. Saya sudah bisa meraup rupiah dari hasil keringat sendiri, sedang mereka masih merengek rupiah ke orang tua. Tentu bukan salah mereka merengek, kalau orang tua mereka mampu kenapa tidak? Dan tentu saya masih merasa bersyukur, dengan hanya pendidikan akhir SMK Administrasi Perkantoran, saya bisa menikmati pekerjaan dalam gedung tinggi, ruangan ber-AC dan duduk didepan seperangkat komputer dengan sambungan koneksi internet yang membawa saya berkomunikasi dengan kawan-kawan dunia maya. Segelintir rasa bangga itu juga pasti akan muncul ketika saya mendengar dan menyaksikan para kawan yang sekarang berbeda status dengan saya. Saya lajang dan mereka menikah. Mereka terjerat dirumah, bergulat dengan pekerjaan dapur dan sumur. Ditambah tiap malam harus lembur diatas kasur. Hm..

Itu mungkin masa yang baru bisa saya jalani beberapa tahun kedepan. Menikah, berumah tangga, hamil kemudian mengurus anak dan suami. Sibuk menyiapkan masakan yang harus ada di atas meja makan, belum lagi ditambah mengurus bayi yang menangis, lapar, haus, minta susu, dan mengelap ingus mereka ketika si bayi terkena flu. Hooo, itu pasti hari-hari yang sangat berat. Dan asli, saya belum bisa membayangkan bagaimana mungkin teman-teman seumuran saya yang sudah menikah menjalani itu semua lebih awal dan memilih tidak melalui masa-masa yang sekarang sedang saya lalui. Masa dimana saya sibuk dengan diri sendiri, bekerja, belajar apa yang belum sempat saya pelajari, merajut, pacaran dan melakukan hal-hal lain yang tentu tak perlu izin terlebih dahulu pada suami. Oh, No! Itu pasti hal yang sulit.

By the way, setelah ngelantur ngalor ngidul, balik lagi dengan keadaan 10 tahun kedepan apa yang akan terjadi??

Sekarang saya baru 21 tahun. And being twenty something is hard adalah benar! Dan kemudian, apa yang akan terjadi dengan saya pada usia 31 tahun? Saya rasa saya akan jadi wanita dan ibu muda yang tetap cantik dan tentu lebih matang. Wooo.. :D

Rencana adalah rencana, karena saya baru berniat dan berencana menikah pada usia 25 tahun. Itu adalah usia yang tepat bagi saya. Usia tepat untuk saya menikah, mengabdi pada suami, termasuk usia yang tepat juga untuk berhubungan sex. Heheh. Berhubung saya dan sang pacar ini pacaran jarak jauh, maka kami berencana untuk menunda punya momongan sampai satu tahun usia pernikahan kita. Heheh. "Mau pacaran dulu setelah menikah", bukan begitu sayang? Yeaah..

Diusia 31tahun, mungkin saya baru punya anak kembar perempuan atau lelaki atau mungkin sepasang berusia 5 tahun. Bukankah itu masa anak-anak duduk di Taman Kanak-Kanak? Saya pasti sibuk mengajari mereka menggambar sepasang gunung, dengan matahari tersenyum dibalik gunung, diatasnya ada awan-awan biru kemudian burung-burung gagak bertebangan. Persis sekali dengan apa yang dulu diajari Mami saya waktu saya masih TK. hihi. Mengajari anak-anak bernyanyi lagu kanak-kanak.

"Matahari tenggelam, hari mulai malam.. Terdengar burung hantu suaranya merdu.. Kuku..Kuku..Ku..Ku..Kuu..Kuuuu"

Dan anak kembar pasti sungguh merepotkan bagi saya. Saya sama sekali bukan tipe wanita penyabar. Mereka bertengkar, rebutan mainan, cemburu dengan ibunya, atau yang lain kemudian mereka saling jambak, saling cubit, terakhir mereka pasti menangis. Pasti rumah jadi heboh. Setelah itu saya mungkin stress dan yang akan menjadi pelampiasan saya untuk ngomel-ngomel adalah suami saya tercintah! Akibatnya, tak ada waktu dikasur untuk membuat dede baru.. haha "Maafkan aku suamiku", heheh.. Kami akan sibuk mengurus anak, dan saya tetap mengandalkan kemampuan saya untuk ngomel-ngomel pada suami mengingat suami saya termasuk golongan penyabar dan STTI saking sayangnya saya dengan anak-anak.

Sedangkan suami saya, mungkin akan membuka sebuah klinik dokter hewan serta membuka petshop. Jualan kucing, kelinci, hamster, kura-kura, pakan hewan, obat hewan. Weeew, i love cat! So, agar saya bisa pelihara kucing yang harganya pasti mahal, saya akan berbaik-baik hati dengan suami saya. hihi..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun