Mohon tunggu...
NORHANA
NORHANA Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Hobi menulis Artikel, membuat cerita Horror,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adanya Perbedaan Kesetaraan Gender Menjadi Petani Karet di Masa Depan

31 Desember 2023   06:31 Diperbarui: 10 Januari 2024   17:57 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: NORHANA, Mahasiswa Prodi Agribisnis, STIPER Amuntai

               Sejak dahulu karet sudah menjadi mata pencarian yang menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang di mana hasil dari menyadap karet di perlukan untuk membeli kebutuhan pangan maupun non pangan. Jika terjadi tingginya harga karet, petani bisa menyimpan uang hasil menyadap karet untuk keperluan lain dan untuk masa depan nantinya. Karet merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan strategis yang telah memberi konstribusi sangat berarti bagi perekonomian lndonesia. Karet juga salah satu komoditas ekspor lndonesia yang di kenal sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas.

lndonesia merupakan penghasil karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan produksi karet 3.107,544 ton, sehingga menciptakan peluang dalam hal menambah lapangan kerja. Pada dasarnya masyarakat yang bekerja sebagai petani karet bukanlah pekerjaan yang mudah, petani karet bergantung pada kondisi alam. Keluarga merupakan salah satu struktur yang berperan aktif dalam hidup seseorang, Dalam setiap keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya dan memiliki peranan masing-masing. Fenomena yang terlihat saat ini di mana banyaknya perempuan terlibat dalam bekerja ganda terutama sebagai petani karet dan ibu rumah tangga, untuk membantu suami mencari nafkah tambahan penghasilan. Keseteraan gender inilah yang terjadi membuat suami istri bahu membahu untuk mendapatkan nafkah ganda. Terkadang akibat istri ikut bekerja menjadi petani karet, adanya pandangan masyarakat lain bahwa perempuan yang bekerja di anggap sesuatu yang tabu untuk di lakukan padahal di era sekarang banyak para istri yang membantu suaminya dalam bekerja untuk mengoptimalkan pendapatan perekonomian terutama investasi jangka panjang untuk masa depan dan hari tua nantinya.

Akhirnya banyak para istri ikut serta dalam pembagian mencari nafkah, istri berperan sama dengan suami dalam bekerja. Ini lah yang perlu di perhatikan saat ini bahwa tugas istri bukannya hanya untuk mengurus rumah tangga, istri juga berhak bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri, Perlunya peran pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi adanya keseteraan gender antara suami dan istri, sosialisasi sangat perlu di lakukan untuk mengatasi kesetaraan gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun