Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Novianto
Muhammad Rizki Novianto Mohon Tunggu... Desainer - CEO of Nordicalism Designs

I am nothing and I don't know anything...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Betari

12 Mei 2024   00:56 Diperbarui: 12 Mei 2024   01:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ke lekapan yuana dan tajuk mahkota yang mengelus dada, dia merambah,

Air mata kesemarakan dan kesenggangan di mata mereka begitu cerah,

Dan pada akhirnya, bersatu merusut, di bawah sinar almanak yang sama.

Atas dedikasi yang dia tempuh, yojana yang diselusuri,

Apakah semuanya sadik, berapa pun persentasenya,

Untuk melihat gelak tawa pada sekaran dan gulananya,

Adalah komoditas, sagu hati, margin kecambah yang sesungguhnya.

Melewati alai-belai dan ketertatihan di bentala biru,

Dia menyimpan keprakarsaan, seperti butiran pasir,

Tentang santiran-santiran yang dibagikan, begitu primersif dan konstruktif,

Bersama tepian mata dan puspanya, pumpunannya berdebar kencang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun