Ke lekapan yuana dan tajuk mahkota yang mengelus dada, dia merambah,
Air mata kesemarakan dan kesenggangan di mata mereka begitu cerah,
Dan pada akhirnya, bersatu merusut, di bawah sinar almanak yang sama.
Atas dedikasi yang dia tempuh, yojana yang diselusuri,
Apakah semuanya sadik, berapa pun persentasenya,
Untuk melihat gelak tawa pada sekaran dan gulananya,
Adalah komoditas, sagu hati, margin kecambah yang sesungguhnya.
Melewati alai-belai dan ketertatihan di bentala biru,
Dia menyimpan keprakarsaan, seperti butiran pasir,
Tentang santiran-santiran yang dibagikan, begitu primersif dan konstruktif,
Bersama tepian mata dan puspanya, pumpunannya berdebar kencang lagi.