Apa selama ini, Aku telah tertipu, jika, sukses itu berawal dari mimpi, bahkan, harus kerja keras sampai banting tulang (tulangnya sampai patah dan harus dibawa ke 'sangkal putung' oleh 'dukun' atau diberi 'gips' oleh dokter), penampilan harus perfek - rapi - wangi, serta harus bermoral baik, Â harus murah senyum hingga (giginya tak sadar, jika, ada lalat masuk ke dalam mulut), sampai harus menjedotkan kepala ke tembok hingga amnesia, atau harus berjalan beratus kilometer dari Merak - Banyuwangi seperti seseorang yang sedang menjalani 'misi', harus rajin berdoa - beribadah - memberi,
serta harus sampai memutus urat malu (seperti seseorang yang terhina, terkutuk, terlaknat, ternista yang memungut pakaian / makanan di jalanan atau tempat pembuangan sampah) seperti yang selalu dikampanyekan dan digembor-gemborkan oleh para pesohor / 'influencer', pejabat, seniman, pemuka agama, pecinta kuliner, olahragawan, motifator, pebalap, CEO, bahkan para tetangga - teman - tiba-tiba orang yang tidak dikenal berbicara selonongan saat Aku sedang menikmati kopi di kedai kopi? Hmm......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H