Mohon tunggu...
Norbert Banusu
Norbert Banusu Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMAS Frater Don Bosco Lewoleba

Samudera biru yang tenang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Relasi Asuh Orang Tua-Anak, Bonding atau Rebonding?

24 September 2024   12:39 Diperbarui: 24 September 2024   12:40 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Memperbaiki Pemahaman dan Persepsi  

Dalam banyak realitas kehidupan manusia, selalu ada pilihan yang bisa diambil. Ada alternatif yang bisa dipilih. Misalnya, memilih untuk senyum atau cemberut. Memilih untuk marah atau tertawa. Memilih sedih atau gembira. Memilih untuk rukun-damai atau berselisih-bertikai. Termasuk, memilih untuk bonding atau rebonding rambut, dan seterusnya. 

Meski demikian, perlu disadari bahwa ada sebahagian realitas di dalam hidup ini merupakan pemberian (gifted) mutlak. Anugerah yang tidak bisa ditolak. Tidak ada pilihan, selain menerimanya sebagai pemberian.  Contoh, ayah atau ibu kita bukanlah sebuah pilihan. Seorang anak tidak bisa memilih dari ayah dan ibu seperti apa ia dilahirkan. Sebaliknya anak-anak juga bukanlah pilihan orangtua. Seorang ayah atau ibu tidak bisa memilih anak-anak seperti apa yang harus dilahirkan. 

Kesadaran ini dapat membawa orangtua dan anak-anak melihat diri dan keluarga secara benar. Cara pandang yang benar bisa menghantar kita pada pilihan yang benar. Misalnya memandang keluarga (orangtua dan anak-anak) sebagai berkat atau kutukan. Dewasa ini, permintaan relasi positif dan harmonis antara orangtua dan anak adalah sebuah prioritas. Bagaimana harapan ini bisa tercipta. Semua dimulai dari kesadaran dan persepsi. 

Dalam konteks pendidikan anak, orangtua bukanlah penonton. Orangtua bukan lagi pihak atau konsumen pendidikan yang siap menerima hasil. Orangtua memiliki peran dan keterlibatan dalam proses mendampingi dan mendidik anak sesuai harapan bersama. Orangtua adalah mitra penting pendidikan yang perlu terlibat dalam pola asuh dan pendidikan anak.

Realitas kehidupan zaman ini, seringkali menimbulkan ketegangan, kerenggangan hubungan orangtua dan anak. Hasilnya adalah ketidakharmonisan. Anak menunjukan perilaku berbeda di sekolah. Anak menunjukan sikap-sikap tertentu yang terbawa dari rumah karena relasi dengan orangtua. Anak tidak menunjukan potensi terbaiknya sesuai perkembangannya. 

Lalu apa yang bisa diperbaiki. Pola asuh dan pendampingan seperti apa yang diperlukan bagi orangtua. Pemahaman dan persepsi yang sama perlu dibangun. Pertama-tama diperlukan pemahaman bersama bahwa Anak-Ayah-Ibu (keluarga) adalah karunia pemberian Tuhan. Perlu ada rasa syukur (sense of gratitude). Keluarga perlu sampai pada tahap saling menerima dan memiliki satu sama lain (sense of belonging). Relasi sosial-psikolgis-spiritual ini terbentuk bila orangtua melakukan kebiasaan refleksi dan berdoa sesuai tradisi iman mereka. Kesatuan pemahaman dan persepsi ini perlu diwujudkan dalam bentuk strategi/tips kebiasaan aktivitas keluarga berikut ini yang sangat penting dan bermakna. 

Strategi Bonding Dalam Keluarga

Ada tiga strategi/tips sederhana yang biasa dilakukan dalam kehidupan keluarga. Mari sejenak merefleksikannya:

  • Berdoa Bersama Dalam Keluarga. Kebiasaan berdoa bersama-sama di rumah adalah bentuk formasi diri. Bisa mulai dipraktekan saat makan bersama, saat pagi hari ketika bangun tidur dan malam hari ketika kembali bekerja atau belajar. Keluarga bisa menyesuaikan waktunya sesuai dengan situasi dan kondisi mereka. Bangunlah kesepakatan bersama.  Kebiasaan ini melahirkan perilaku bersyukur dalam hidup anak, dan menumbuhkan karakter positif dalam hidupnya. 
  • Makan Bersama. Makan bersama bukan sekedar menyangkut santap hidangan bersama di rumah. Makan bersama adalah kesempatan berbagi dengan penuh syukur. Berbagi lewat makan bersama, memunculkan kebahagiaan batin. Makan bersama juga menjadi berbagi cerita satu sama lain. Saling mendengarkan pengalaman sekolah, tempat kerja, bermain, bekerja, pengalaman perjumpaan, dan sebagainya. 
  • Rekreasi-Relaksasi Bersama. Rekreasi bersama adalah kesempatan menikmati relaksasi. Rekreasi-relaksasi perlu dipikirkan dalam keluarga. Aktivitas rekreasi-relaksasi mengajarkan anak untuk menciptakan ruang bagi diri dan keluarga. Rutinitas hidup seringkali mengikat kita bahkan bisa membebani. Luangkan waktu untuk melakukannya bersama.

Ketiga strategi sederhana ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali, pola hidup dan pola asuh dalam keluarga. strategi membangun ikatan anak dan orangtua dalam keluarga seperti ini bila dijalankan dapat membentuk karakter positif dalam diri anak. Anak memiliki rasa syukur, penghargaan diri yang tinggi, dan kebahagiaan. Anak bertumbuh dan berkembat dengan kesejahteraan psikologis (children well-being). 

Tips-tips sederhana ini relevan di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang merebak dalam kehidupan keluarga dan terutama anak-anak gen Z. Berdoa bersama, makan bersama, rekreasi bersama akan melahirkan interaksi sosial yang lebih nyata. Aktivitas ini memberi keseimbangan bagi ruang-ruang individu zaman ini yang semakin akrab dengan interaksi dunia maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun