Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Pengelana Ilmu

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music

Mesin Waktu Bernama Kangen

13 Desember 2022   02:11 Diperbarui: 11 Januari 2023   16:03 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Berteman kopi hangat dan berhadapan muka dengan laptop malam ini, saya menyetel lagu-lagu dalam format MP3 yang sudah tersimpan dalam folder tertentu. Folder ini menawarkan lagu yang terdiri dari bermacam genre, dari macam ragam penyanyi, mulai dari penyanyi lokal, nasional sampai internasional, dari penyanyi solo, duet, trio, dan grup musik, dari penyanyi yang masih aktif hingga yang gelarnya Almarhum. Lengkap tersedia dalam koleksi saya. Tidak dapat dipastikan dari mana atau di-copy dari siapa lagu-lagu ini, saya benar-benar lupa. Tau-tau semuanya sudah ada di laptop. Saya tinggal menyetel sesuka saya saja. Sebenarnya bukan tak tahu tapi lupa, sih. Usia laptop ini sudah 12 tahun. Mungkin saja lagu-lagu ini sudah tersimpan selama 12 tahun atau kurang dari itu, saya benar-benar tak ingat lagi.

Dari speaker kecil yang letaknya di bagian depan laptop tua ini, satu demi satu lagu diperdengarkan. Entah pada menit keberapa, tiba-tiba terdengar halus petikan akustik gitar yang begitu melegenda. Petikan gitar yang diawali dari kunci D ini menyentak saya. Sekian detik saja, saya langsung tahu lagu apa itu. Ini versi asli lagu Kangen milik Dewa 19 yang mendapuk Ari Lasso sebagai vokalis.

Sejarah bagaimana file lagu itu bisa tersimpan di hard disk benar-benar tak bisa diingat lagi. Tapi syair, irama, dan ketukan dalam lagu ini diingat betul oleh saya. Dalam keheningan, sejenak saya terlempar ke masa lalu, ke masa nyaris 30 tahun silam. Bukan sekedar soal syair dan irama saja. Saya ingat, lagu ini sering diputar di TVRI, satu-satunya saluran yang bisa diakses kami saat itu. Video klipnya terdiri dari lima pemuda berambut gondrong, bercelana jins dan kaos oblong. Untuk sebuah video klip, penampilan seperti demikian bisa saja dianggap "tak memadai" di masa sekarang. Dalam satu sesi, mereka berjalan di atas gerbong kereta api tua sambil menenteng alat-alat musiknya. Jelang akhir lagu, muncul tulisan yang menerangkan bahwa video klip tersebut merupakan produksi TVRI Stasiun Yogyakarta.

Lagu ini berbeda dengan lagu-lagu yang biasa saya dengar. Strukturnya tak sederhana seperti kebanyakan yang bertumpu pada kunci/akord C-F-G. Sekali dengar saja, kita tahu itu bukan lagu dengan "jurus tiga kunci" layaknya kebanyakan lagu pop masa itu. Dengan komposisi yang tak sederhana, tercipta ironi  sebab tak sebanding dengan penampilan mereka yang seperti apa adanya dalam klip. Namun menilik pada riwayat semua band yang berjuang menelurkan single/album perdana setelah berulang kali ditolak dapur rekaman, hal soal penampilan ini menjadi wajar.

Sisanya adalah sejarah. Seperti kita ketahui bersama, lagu ini mendapat sambutan sangat bagus oleh penikmat musik Indonesia dan dianggap sebagai karya paling monumental dalam sejarah Dewa 19. Saking terkenalnya, jika seseorang menyebutkan kata kangen, yang terlintas pertama kali dalam pikiran kita adalah Dewa 19. Fakta bahwa video klipnya yang sederhana itu sama sekali tak menutupi sinar terang lagunya.

Saya tercenung. Bagaimana bisa situasi nyaris tiga dekade lalu bisa diingat dengan gamblang seolah baru terjadi kemarin? Terkadang penjabarannya tidak akan bisa dipahami sebab berawal dari kebetulan semata. Saya menekan tombol ON pada laptop, meng-klik dua kali pada program pemutar musik, menambahkan daftar lagu dalam sebuah folder acak. Musik pun mengalun secara otomatis. 

Prosesnya memang dianggap kebetulan tetapi satu hal yang pasti adalah, saat dimana Kangen diputar, saat itulah saya tersedot ke dalam lorong waktu, jatuh tanpa bisa ditahan ke situasi tiga puluh tahun silam, melihat kembali layar televisi hitam putih berlogo TVRI. Situasi dimana saya melihat kembali Dewa 19 dengan personil aslinya. Melihat Ari Lasso yang belum berkacamata, melihat Andra yang belum sekekar sekarang, dan melihat Ahmad Dhani yang "masih waras".

Begitulah, hanya dibutuhkan beberapa detik saja sejak petikan gitar Andra terdengar, saya dibawa melihat secuil masa lalu seterang-terangnya. Saat mendengar lagu ini, saya merasa sedih sebab menyadari era ini tak mungkin diulang. Dan saya masih bersyukur masih dapat menikmati mendengarkan mereka saat ini.

JAVARIO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun