Jenis-jenis hasil hutan dan jenis pemanfaatan non marketable yang ada di Hutan kemenyan Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
- Sayuran Hutan
Sayuran hutan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari jenis pakis (yaitu daun pahu dan arsam), pucuk markisa, usim dan dapat dilihat pada Gambar 1. Jenis pakis dan pucuk markisa dikonsumsi dengan cara direbus maupun dicampur dengan mie instan. Ketersedian hasil hutan dari jenis sayuran hutan adalah melimpah. Sayuran hutan hanya dikonsumsi oleh petani kemenyan selama mereka tinggal di hutan. Masyarakat memanfaatkan sayuran hutan dalam jumlah sedikit, dikarenakan masyarakat juga membawa bekal sayur dan mie instan pada saat tinggal di hutan. Ini juga yang menyebabkan frekuensi pengambilan hasil hutan tidak teratur.
Berdasarkan Tabel 6, jumlah pemungut terbanyak untuk hasil hutan non marketable yaitu daun pahu sebanyak 7 orang dengan total pengambilan 20 ikat/tahun dan frekuensi pengambilan 18 kali dalam satu tahun.
(a)(b)
Gambar 1. Jenis sayuran hutan non-marketable
(a)daun arsam; (b) pucuk markisa;
Berdasarkan Dalimartha (2008), tumbuhan arsam (Cibotium barometz) juga memiliki khasiat sebagai tanaman obat, yaitu menguatkan kembali hati dan ginjal, anti rematik, menguatkan tulang punggung dan lutut, serta menghentikan pendarahan.
Bagian yang digunakan adalah rimpang dan rambut kuning yang melapisi batang dapat dilihat pada Gambar 2. Caranya adalah rimpang dibersihkan dari akar dan rambut-rambut yang melapisi, kemudian dipotong tipis-tipis, dikukus dan dijemur sampai kering untuk disimpan. Rambut batang yang berwarna kuning dibersihkan, dijemur lalu digiling menjadi bubuk. Rimpang digunakan untuk mengatasi sakit pinggang, tulang nyeri akibat flu, keseleo, lumpuh setengah badan, sering kencing, kaki dan tangan lemah dan sakit, rasa bebal di tangan dan kaki, keluar sperma pada malam hari dan keputihan. Batang yang berwarna kuning digunakan untuk mengatasi pendarahan pada bisul dan luka.
Cara pemakaian yang lain adalah dengan diminum, yaitu rimpang direbus 5-15 gr. Untuk pemakaian luar, rimpang direbus dan airnya untuk mencuci luka. Bisa juga dengan menggiling rambut batang menjadi bubuk dan bubuhkan pada tempat yang sakit, seperti pada luka berdarah.
Gambar 2. Bagian tumbuhan arsam yang berkasiat sebagai tanaman obat
Usim (Musa paradisiacal Linn) adalah pisang hutan yang masih muda yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sayur. Bagian usim yang dimanfaatkan adalah pucuknya yang lembut seperti yang tampak pada Gambar 3. Usim biasanya digunakan sebagai sayur, yaitu dengan cara ditumis. Bisa juga dicampur dengan masakan daun ubi tumbuk. Keberadaan usim banyak terdapat di hutan.
Yamin (2009) menyatakan bahwa, batang pisang juga bisa dikelola menjadi kertas atau sering juga disebut art paper. Art paper ini dapat digunakan untuk box, memo, dan kartu undangan. Selain itu bisa juga dipakai pada kap lampu agar sinar lampu lebih redup. Caranya adalah dengan menghaluskan batang pisang terlebih dahulu. Untuk menghaluskan batang pohon pisang tersebut dapat menggunakan blender ataupun alat untuk menggiling daging. Untuk seberapa lama proses penghancuran batang, tergantung ingin seberapa halus serat yang kita hasilkan. Jika ingin mendapat serat yang sangat halus, maka proses penghancurannya akan lebih lama dibanding jika ingin mendapat serat yang kasar.   Lalu proses selanjutnya adalah penjemuran. Setelah dihaluskan, di letakan di atas scan atau cetakan sablon, lalu dijemur. Kalau panasnya bagus, sehari juga cukup. Setelah kertas kering, dapat langsung digunakan atau dapat juga ditambahkan warna. Untuk pewarnaannya, bahan yang digunakan dari alam seperti gambir, kunyit, atau daun pandan. Untuk pewarna buatan, ia menggunakan sepuhan atau perwarna pakaian.
Proses pewarnaannya ada dua macam, yang pertama dengan proses pencelupan dan yang kedua adalah dengan menggunkan spons. Kalau mau satu warna tinggal dicelup saja. Tetapi kalau warna gabungan, ambil warna pertama dengan spons, lalu oleskan di atas kertas. Tunggu sebentar lalu oleskan warna kedua, Jika merasa hasilnya kurang bercorak, proses pembatikan pun dapat dilakukan pada art paper tersebut. Caranya seperti membatik biasa, yaitu menggunakan canting dan malam. Tetapi jangan terlalu panas karena malamnya mempuyai sifat minyak. Motif batik yang digambar bisa melebar ke mana-mana.
Berbeda dengan proses pembatikan yang harus direndam untuk menghilangkan malam pada kain, pada art-paper ini malam akan rontok dengan sendirinya. Selain itu, ternyat masih ada cara lain untuk membuat art paper tampak lebih menarik, yaitu dengan memberikan aksen daun di dalamnya. Cara pembuatannya adalah seperti dua kali pembuatan art paper. Pertama seperti membuat art paper, setelah kering, beri daun di atasnya lalu siram lagi dengan bubur batang pisang, terakhir keringkan kembali. Daun yang dipakai bisa daun apa saja, tidak ada daun khusus.
Gambar 3. Batang usim yang dimanfaatkan sebagai sayur
- Buah-buahan Hutan
Jenis buah-buahan hutan yang dapat dikonsumsi adalah attuk pea (Ardisia crispa), tada-tada (buahnya seperti langsat) dan dapat dilihat pada Gambar 4. Buah attuk pea berwarna merah dan rasanya asam dan dapat dibandingkan dengan buah kapundung yang ada di pasar tradisional. Tada-tada memiliki batang yang berduri. Pada saat peneliti melakukan penelitian tada-tada belum berbuah, dari hasil wawancara dengan responden buah tada-tada hampir sama bentuknya dengan langsat.
Buah-buahan tersebut tumbuh secara liar di hutan dan tidak dipelihara secara khusus. Keberadaan dari buah-buahan hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah banyak, tetapi untuk pemanfaatannya tidak begitu banyak. Buah-buahan hutan diambil setiap setahun sekali, dengan jumlah 2-3 kg. Masyarakat tidak menetapkan bulan khusus untuk memanen buah-buahan hutan.
(a)(b)
Gambar 4. Jenis buah-buahan hutan non-marketable
(a)buah attuk pea; (b) daun tada-tada
- Tanaman Obat
Tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masayarakat adalah pucuk rotan (Calamus dipenhaorstil), bunga-bunga japang (Eupatorium odoratum), sarindan (Loranthus sp) dan dapat dilihat pada Gambar 5. Pucuk rotan dapat dijadikan sebagai obat sakit perut dan penambah nafsu makan. Caranya adalah pucuk rotan dikupas dan dibakar. Jenis rotan yang dimanfaatkan adalah Calamus dipenhaorstil.
Selain dijadikan obat, pucuk rotan juga dapat dijadikan sayuran. Bahan sayuran yang terbuat dari pucuk rotan ini berbentuk mirip bambu-bambu kecil dan hanya dijual saat bulan puasa. Masakan ini merupakan salah satu makanan tradisional favorit bagi masyarakat di Subulussalam. Namanya juga pucuk rotan, tentu saja rasanya tak gurih atau manis. Umbut atau pakat rotan ini ada dua jenis, yakni pangkat dan simboling. Pangkat berukuran lebih besar, berwarna merah kekuningan dan tidak pahit maupun kelat. Sedangkan simboling bewarna hijau muda, ukuran lebih kecil, rasanya agak asam, kelat, bercampur pahit. Sebelum disantap, rotan harus terlebih dahulu dibakar atau diolah menjadi anyang yang dalam bahasa Singkil dikenal dengan ndelabar. Kulit rotan dikupas dengan pisau dan isinya yang berwarna putih dimasak atau dijadikan anyang. Umbut berwarna putih ini bentuknya seperti tunas bambu atau tubis, bahasa Singkil. Umbut rotan yang dibuat anyang ini akan terasa lebih nikmat bila disantap dengan kue onde-onde. Namun kalau dibakar, maka biasanya disantap dengan sambal terasi. Makanan ini juga terasa nikmat bila disayur bersama ikan lele (Januminro, 2009).
Sarindan merupakan benalu dan digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya mengobati penyakit ginjal, membersihkan pencernaan, mengobati sakit pinggang dan sebagai anti body. Caranya adalah dengan merebus daun sarindan sebanyak 10 pucuk dan air rebusan diminum. Untuk bunga-bunga japang adalah sejenis semak belukar yang digunakan untuk obat gatal dan luka-luka. Dengan cara daun ditumbuk kemudian diolesi ke bagaian tubuh yang gatal dan luka-luka. Ketersedian dari tanaman obat seperti pucuk rotan adalah banyak, sarindan dan bunga-bunga japang melimpah tersedia di hutan. Pengambilan tanaman obat biasanya dilakukan apabila anggota keluarga ada yang sakit dan membutuhkan ramuan tanaman obat tersebut.
(a) Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â (b)