Mohon tunggu...
Norani YanuarSubandi
Norani YanuarSubandi Mohon Tunggu... Guru - Profesi sebagai guru dan juga penulis beberapa artikel di jurnal nasional.

Sebagai guru dan pecinta literasi, saya sangat menyukai membaca buku dan artikel-artikel pendidikan maupun sastra. Selain itu saya memiliki hobi bermain bola volly serta berenang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Diri Melalui Segitiga Restitusi

30 Agustus 2022   07:50 Diperbarui: 30 Agustus 2022   07:55 11014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Disiplin yang berasal dari bahasa Latin ‘disciplina’ yang artinya belajar. Namun di Indonesia kata tersebut erat dengan istilah kepatuhan terhadap sebuah peraturan jadi ketika ditemui seorang murid yang melanggar peraturan maka dianggap dia tidak disiplin. 

Dan ketika terjadi saat melaksanakan pembelajaran di kelas maka kata disiplin ini akan tercipta dari kepatuhan terhadap aturan pembelajaran baik dalam bersikap dan mengerjakan tugas serta proses pembelajaran itu sendiri. 

Dan di dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana seorang murid membangun motivasi internal untuk mewujudkan murid yang mandiri, merdeka dan bertanggung jawab. 

Ketika seorang siswa tidak memiliki dorongan / motivasi dari dirinya sendiri maka diperlukan pihak lain untuk mendisiplinkan dirinya atau kita sebut motivasi eksternal. 

Konsep ini selaras dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa disiplin diri diperlukan untuk menciptakan murid yang merdeka. Disiplin diri mampu membuat seseorang menggali kekuatan atau potensinya untuk suatu tujuan yang bermakna.

Dari pernyataan diatas, disiplin diri merupakan kemampuan mengontrol diri, menguasai diri serta menentukan sikap yang mengacu pada nilai yang kita hargai. 

Kita dapat melakukan disiplin diri kepada murid melalui segitiga restitusi, jika murid tersebut melakukan pelanggaran keyakinan kelas maka kita akan melaksanakan tahapan-tahapan segitiga restitusi agar murid itu memahami sendiri kesalahannya dengan menyadari, dan berfikir secara mandiri sehingga murid akan mampu memperbaiki kesalahannya dan menjadi sosok yang lebih baik lagi dan bertanggung jawab.

Ketika seorang murid melakukan kesalahan, apa yang akan kita lakukan? Memarahinya, mengomeli bahkan suruh dia melakukan sesuatu sebagai bentuk hukuman atau konsekuensi, ataukah kita langsung memaafkan, ajak duduk bersama dan menggali permasalahan agar murid merasa nyaman ketika dia memahami sendiri kesalahannya dan berusaha memperbaikinya. 

Selama ini kita memang lebih cenderung memberikan hukuman ataupun konsekuensi terhadap tindakan kesalahan murid. Ada 5 posisi kontrol guru terhadap murid; 1. Posisi sebagai penghukum; 2. Posisi sebagai pembuat rasa bersalah; 3. Posisi sebagai teman; 4. Posisi sebagai pemantau ataupun; 5, Posisi sebagai manajer. 

Dan posisi guru yang terbaik adalah saat guru itu bisa menempatkan dirinya di posisi manajer, dimana pada posisi ini guru akan melakukan sesuatu hal bersama murid, mempersilahkan murid untuk menyadari kesalahan dan bertanggung jawab atas perbuatannya dan mendukung murid untuk menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Disini posisi inilah, murid dididik menjadi sosok yang mandiri, bertanggung jawab dan merdeka.

Dan salah satu cara untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif 2022). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun