Budikdamber adalah singkatan dari BUDidaya IKan DAlam eMBER. Istilah budikdamber pertama kali dikenalkan oleh Juli Nursandi pada tahun 2018. Juli Nursandi adalah dosen Politeknik Negeri Lampung jurusan Budidaya Perikanan. Teknologi budidaya semakin berkembang  belakangan ini. Budikdamber adalah sebuah Teknik budadaya yang mengadopsi Teknik YUMINA-BUMINA yaitu konsep budidaya yang mengombinasikan antara ikan dan sayuran serta buah-buahan.Â
Sistem kerja dari budikdamber adalah mencoba menyatukan antara budidaya ikan dalam wadah kecil (bak / ember berukuran 60 liter) dipadukan dengan penanaman sayuran dibagian permukaan airnya. Ikan yang dapat dipelihara dalam system budikdamber ini biasanya adalah ikan yang mudah untuk dibudidayakan dan mempunyai daya tahan hidup yang tinggi seperti ikan Lele (Clarias sp.). Sayuran yang bisa digunakan adalah sayur kangkung. Jumlah benih ikan sekali tebar kurang lebih 60 ekor, dengan ukuran benih 5 -- 12 cm. Pemeliharaan pun cukup mudah, dapat dilakukan dengan mengganti air tiap tiga minggu sekali, dosis pakan pada ikan diberikan secara adlibitum atau sekenyangnya. Pemanenan Lele dapat dilakukan kurang lebih 2 bulan setelah penebaran benih. Selama waktu tersebut sayur kangkung dapat dipanen sebanyak empat kali.
System ini sudah banyak disosialisasikan kepada masyarakat. Ada beberapa publikasi yang memberikan penjelasan lebih mengenai penyuluhan budidaya ikan dalam ember sehingga akan mudah apabila ada penggiat budidaya perikanan dan pemberdayaan masyarakat untuk melakukannya di tempat lain dengan masyarakat yang berbeda.
Adapun salah satu kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan oleh tim FPIK Universitas Padjadjaran yaitu pada wanita kelompok tani Sri Rejeki yang ada di Desa Ngasem Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kelompok wanita tani Sri Rejeki cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan pertanian seperti menanam TOGA (tanaman obat keluarga) di depan rumah masing-masing, kegiatan KRPL (Kawasan rumah pangan lestari) yaitu dengan menanam berbagai macam sayuran dengan memanfaatkan pekarangan. Masa pandemic juga membuat para ibu-ibu lebih banyak melakukan kegiatan di rumah. Memanfaatkan kesempatan ini, dengan menggaet penyuluh pertanian setempat dan juga kantor balai penyuluhan pertanian (BPP),  salah satu pengajar FPIK Unpad yang berasal dari Malang berupaya untuk memberikan informasi ini kepada ibu-ibu kelompok wanita tani setempat. Penyuluhan dilakukan dengan blended learning  yaitu ada satu orang yang ada di tempat, ditemani dengan Bapak Penyuluh pertanian dan kepala BPP melakukan penyuluhan dan ada pula pemateri dari Unpad Jatinangor  melalui platform Zoom Meeting.
Tidak hanya cara untuk membudidayakan ikan, masyarakat juga perlu diberikan pencerahan mengenai cara pemasaran yang lebih luas. Dengan begitu, kegiatan budidaya ikan dalam ember ini tidak hanya sebatas sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari di dalam rumah tangga, harapannya dapat berkembang menjadi salah satu sumber pendapatan dari para ibu-ibu wanita tani. Program ini selain mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dapat juga sebagai sumber ketahanan pangan di tingkat nasional, serta sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian negara.
Sumber
Febri, S. P., Alham, F., & Afriani, A. (2019). Pelatihan BUDIKDAMBER ( Budidaya Ikan Dalam Ember ) di Desa Tanah Terban Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe, 3(1), 112--117.
Nursandi, J. (2018). Budidaya Ikan Dalam Ember "Budikdamber" dengan Aquaponik di Lahan Sempit. Jurnal.Polinela.Ac.Id, 2013, 129--136. http://jurnal.polinela.ac.id/index.php/PROSIDING