Sekitar satu minggu yang lalu saya bertemu salah seorang teman. Kami ngobrol ngalor ngidul tentang banyak hal. Mulai dari corona sampai hobinya aktivitas selama ini. Dia juga cerita kalau siang nanti mau mancing ke sungai yang ada di kampung sebelah. Ada jenis ikan endemik yang banyak dicari. Namanya ikan Mayur. Salah satu jenis ikan air deras, dagingnya padat dan kesat.
Katanya enak sih. Tapi dia bilang jarang sekali mengonsumsi. Mending dibudidayakan. Teman-temannya juga sama ikan-ikan yang ditangkap dibawa pulang kemudian dilepaskan ke sungai di sekitar tempat tinggalnya. Ya biar ikan tersebut menyebar dan berkembang biak, katanya. Dulu dan sekarang hobi mancing sudah lekat di masyarakat. Entah hanya sebagai saluran hobi saja atau memang dijadikan sebagai usaha sampingan yang punya nilai ekonomis.
Tempo hari lalu Mentri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edy Prabowo menyerukan istilah lebaran ikan. Menghimbau kepada masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai menu utama di Hari Raya. Tujuannya ya supaya masyarakat gemar mengonsumsi ikan. Selain baik dari sisi kesehatan, langkah ini diharapkan bisa mendorong produktivitas nelayan dan sektor perikanan indonesia.
Sebelum ini Mantan Mentri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susy juga tidak bosan-bosannya menghimbau masyarakat Indonesia gemar konsumsi Ikan. Alasanya sama. Bagus dari sisi kesehatan maupun dari aspek ekonominya. Jadi budidaya pada sektor ini punya peran strategis.
Pada kesempatan lain, anggota DPR RI Marwan Jafar, mendorong progam ruralisasi sebagai pemulihan ekonomi pasca pendemi. Salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan menurut Mantan Mentri Desa -- PDTT ini adalah sektor perikanan. Caranya dengan menjangkau wilayah yang potensial, baik di daerah pesisir maupun pedesaan.
Ketiganya sepakat sektor perikanan perannya strategis, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomis. Produk perikanan setidaknya menyumbang sebanyak 60 % pemenuhan gizi untuk anak Indonesia. Saat ini konsumsi perkapitanya juga mengalami peningkatan significan. Pada tahun 2011 sebanyak 32,25 kilogram / kapita, meningkat menjadi 50,49 kg/ kapita di tahun 2018.Â
Tapi sayang akibat ilegal fishing Indonesia mengalami kerugian Rp 56,13 triliun per tahun. Akibatnya pasokan ikan bisa menurun. Konsumsi masyarakat terhadapa ikan menjadi rendah, kebutuhan gizi protein tidak terpenuhi karena kurangnya pasokan ikan.
Sepakat dengan Pak Marwan, sektor perikanan tidak hanya difokuskan pada wilayah pesisir. Namun juga harus sampai pelosok pedesaan. Salah satu alternatifnya adalah melalui progam budidaya ikan arus deras. Progam ini pertama kali sudah dikenalkan di Jepang tahun 70-an dan masuk ke Indonesia tahun 80-an.
Meski progam ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terlebih untuk pembuatan medianya. Kendala lainnya adalah kondisi sungai yang tidak stabil (hujan deras, banjir, atau kekeringan). Meski demikian jauh lebih banyak manfaat yang dihasilkan dengan menggunakan metode budidaya tersebut.
Dari sisi produktivitas sudah pasti lebih menguntungkan dibandingkan dengan metode mina padi atau di kolam biasa. Aspek lainnya mudah dilakukan oleh masyarakat desa. Dengan memanfaatkan aliran sungai yang ada disekitar lingkunganya, maka akan menambah produktivitasnya dari secara ekonomi.
Dengan melakukan progam hirilisasi perikanan melalui budidaya ikan arus deras, selain menjadi lahan ekonomi baru masyarakat (ruraliasasi), diharapkan kebutuhan pasokan asupan gizi protein masyarakat juga terut terpenuhi.Â