Mohon tunggu...
Nor Asnira
Nor Asnira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

hai saya Nora. saya saat ini berada pada semester akhir sebagai seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiayah Sidenreng Rappang. Hobi saya menulis dan mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Gang Luna, Kampung Toleransi Penuh Toleransi

18 Desember 2022   17:12 Diperbarui: 18 Desember 2022   17:14 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu kami berkesempatan mengunjungi kampong toleransi yang berada di gang Luna Bandung, Jawa Barat. Kampung Toleransi di Kota Bandung adalah salah satu contoh komitmen pemerintah untuk menghargai tempat toleransi yang kuat, aktif, dan maju. Sebagai upaya melestarikan keragaman dan keragaman di Kota Bandung, maka didirikanlah Kampung Toleransi.

Kampung Toleransi Gang Luna diresmikan pada 20 Agustus 2017 oleh Ridwan Kamil, Walikota Bandung saat itu. Acara peresmian dilakukan di lapangan Monek Desa Jamika yang bersebelahan dengan fasilitas serbaguna RW 04. Ridwan Kamil langsung mendatangi Gang Luna dan menorehkan tugu berbentuk batu yang kemudian dibantah oleh tembikar putih sebagai ciri khas Kampung Toleransi RW 04. RW 04 Kampung Toleransi juga menggelar acara buka puasa bersama di bulan Ramadan, seperti yang dilakukan di vihara Dharma Ramsi. Vihara Dharma Ramsi secara geografis bukanlah bagian dari wilayah Gang Luna. Namun, Desa Toleransi Gang Luna adalah tempat kuil sering menyelenggarakan acara-acaranya. Pasalnya, dua komunitas tersebut diketahui menggunakan jalur yang memisahkan Gang Luna dan Dharma Ramsi. Kampung Toleransi bukan tanpa alas an diberi nama tersebut. Melimpahnya tempat ibadah di kawasan seluas 8,3 hektar ini mencerminkan toleransi yang hadir di sana. Ada gereja, biara, dan masjid di dekatnya. Keberadaan tempat ibadah ini tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitar dan warga juga tidak merasa terganggu akan adanya tempat ibadah tersebut. Di kawasan tersebut terdapat Pesantren Da'arut Taubah (NU), Masjid An-Nashir (JAI), Gereja Katolik St. Mikael, GKI Kebonjati, GKP Kebonjati, GIA Budiman, Tempat ibadah SAKKHI (Harre Khrisna), Kong Miao MAKIN Bandung (Khong Hu Cu), Wihara Sinar Mulia (Tao), Vihara Dharma Ramsi (Tri Darma), Vihara Tanda Bhakti (Buddha), dan heritage Kota Bandung Kelenteng Besar Xie Tien Gong.

Menurut Wali Kota Bandung, pada masa proklamasi, perbedaan melahirkan Indonesia. Ras, etnis, agama, dan budaya adalah beberapa di antaranya. Kesenjangan ini mengajarkan kita bahwa sebagai warga negara kita harus bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun