Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Metode digunakan karena kualitatif kerap kali di jelaskan sebagai metode penelitian yang natural, pelabelan tersebut dengan alasan penelitiannya sering dilakukan pada situasi yang ilmiah natural setting (Sugiyono, 2013). Penelitian kualitatif berbasis kepustakaan ini mencakup pengumpulan data dari buku dan berbagai sumber kepustakaan lainnya. (Dotutinggi et al., 2023)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Politik Sebagai Transformasi Sosial
Pendidikan politik merupakan elemen penting dalam menciptakan masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya serta mampu berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. Selain memberikan pengetahuan tentang struktur dan fungsi pemerintahan, pendidikan politik membangun kesadaran kritis terhadap isu-isu sosial dan politik yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dengan membekali individu dengan keterampilan analitis dan partisipatif, pendidikan politik dapat mendorong transformasi sosial yang signifikan dalam struktur sosial, pola pikir, dan budaya masyarakat menuju kondisi yang lebih adil dan inklusif.Â
Pendidikan politik memainkan peran penting dalam mengatasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Melalui pendidikan politik, individu dapat memahami mekanisme kekuasaan dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik. Kesadaran ini memungkinkan masyarakat untuk menuntut perubahan yang lebih adil dalam distribusi sumber daya, akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta perlindungan terhadap hak asasi manusia. Pendidikan politik yang efektif akan membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengadvokasi hak-hak mereka dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kolektif.Â
Dalam konteks pendidikan politik sebagai transformasi sosial, paradigma pemilih pemula merujuk pada kerangka pemikiran untuk memahami dan menjelaskan perilaku serta karakteristik pemilih yang baru pertama kali berpartisipasi dalam pemilihan, baik itu pemilihan umum maupun pemilihan dalam lingkup yang lebih kecil. Paradigma ini berfokus pada segmen pemilih yang masih relatif baru dan belum memiliki pengalaman politik yang luas, dengan mempertimbangkan motivasi, preferensi, sikap politik, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pemilih pemula, termasuk pengaruh lingkungan sosial, pendidikan politik, media massa, dan faktor-faktor lainnya (Kamuli, S., Latare, S., & Sahi, Y. 2023).Â
Implementasi pendidikan politik dalam konteks transformasi sosial juga melibatkan penggunaan metode dan pendekatan yang inklusif. Pendidikan politik harus menjangkau berbagai kelompok masyarakat, termasuk yang terpinggirkan, seperti kaum miskin, minoritas, dan perempuan. Pendekatan inklusif ini memastikan bahwa semua suara didengar dan diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan politik. Pendidikan politik juga harus menggunakan metode interaktif dan partisipatif, seperti diskusi kelompok, simulasi, dan proyek komunitas, untuk mendorong keterlibatan aktif dan refleksi kritis (Nasution, E. 2014).Â
Transformasi pendidikan di Indonesia, yang dimulai sejak era reformasi pada 1998, membawa perubahan signifikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang antara lain mencakup desentralisasi pendidikan. Meskipun menghadapi tantangan, perubahan ini memberi ruang bagi peningkatan kualitas pendidikan dan partisipasi politik.Â
Contoh nyata dari pendidikan politik yang berhasil mendorong transformasi sosial dapat dilihat di berbagai negara. Di Skandinavia, pendidikan politik yang terintegrasi dengan kurikulum sekolah menghasilkan masyarakat dengan tingkat partisipasi politik yang tinggi dan sistem pemerintahan yang transparan dan responsif. Di Amerika Latin, gerakan sosial menggunakan pendidikan politik untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan, menghasilkan perubahan signifikan dalam kebijakan sosial dan ekonomi. Di Indonesia, beberapa inisiatif pendidikan politik oleh organisasi masyarakat sipil berhasil meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi.Â
Untuk mencapai transformasi sosial yang diinginkan, pendidikan politik harus dirancang secara strategis dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas. Pendidikan politik harus mampu menumbuhkan kesadaran kritis, memberdayakan individu untuk berpartisipasi aktif, dan menciptakan ruang bagi dialog dan kolaborasi. Dengan demikian, pendidikan politik menjadi sarana untuk menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan dan bermakna.
Pendidikan Politik di Indonesia