Mohon tunggu...
Nopi Yuniati A.Md.T.
Nopi Yuniati A.Md.T. Mohon Tunggu... Lainnya - Apapun kata orang, bagaimanapun peradaban berubah, aku tetap menulis.

Bengkulu-Surabaya. 10 Juni 1997. D3 Agroindustri. Hanya melakukan hal-hal yang disukai meskipun harus jatuh bangun berulang kali, Sir Wala Taqif.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencium Hujan

26 Oktober 2020   09:55 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma hujan meruak mega

Terasa pekat dari hati sang cinta

Hingga batin menunggu akhir rindu yang sendu

Berat berucap lisan, mencium hujan

Elegi musim belum beranjak dari duka

Menuai lara, pemuja hampa

Desir angin mengolok hujan

Mewakili hati yang pura-pura

Memayungi rasa dengan aksara

Hujan guru hidup yang amerta

Litani kidung dalam cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun