Mohon tunggu...
Novi Riski Anam Putri
Novi Riski Anam Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Universitas Airlangga

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Benar Vape Lebih Sehat dari Rokok? Ini Pembahasannya.

27 Desember 2024   10:02 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:02 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penggunaan vape atau rokok elektrik semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan anak terutama di kalangan anak muda. Mereka lebih memilih vape dibanding rokok konvensional karena citra vape yang lebih modern, stylish, dan klaimnya sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan rokok.

Namun, apakah benar vape betul-betul merupakan pilihan terbaik bagi mereka yang ingin berhenti merokok?

Dalam artikel ini, kita akan membahas kesalahpahaman banyak orang mengenai vape yang dianggap lebih aman daripada rokok konvensional. 

Meskipun vape memiliki perbedaan mendasar dengan rokok konvensional, bukti ilmiah menunjukkan bahwa keduanya tetap membawa risiko serius terhadap kesehatan. Adapun perbedaan utama antara vape dan rokok konvensional terletak pada cara kerjanya. 

Rokok konvensional dengan membakar tembakau menghasilkan lebih dari 7.000 bahan kimia berbahaya, termasuk tar dan karbon monoksida yang menjadi penyebab utama penyakit kanker paru, jantung, dan paru obstruktif kronis (PPOK). Sementara itu, vape memanaskan cairan (e-liquid) yang mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan perasa sehingga tidak menghasilkan tar.

Akan tetapi hal ini tidak berarti vape bebas risiko. Uap yang dihasilkan oleh vape tetap mengandung nikotin dan bahan kimia lainnya yang dapat merusak kesehatan, termasuk meningkatkan risiko kerusakan paru-paru dan penyakit kardiovaskular. Laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa vape dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti kejang dan kerusakan paru-paru akut, bahkan setelah penggunaan dalam waktu singkat. Selain itu, penelitian juga mengungkapkan bahwa vape mengandung zat berbahaya seperti Tobacco-Specific Nitrosamines (TSNA) dan Diethylene Glycol (DEG) yang berpotensi merusak tubuh. "Tidak berhenti di sana",  vape juga dapat meningkatkan kadar nikotin dalam darah dan menyebabkan efek ketergantungan yang serupa dengan rokok konvensional.

Ironisnya vape sering kali dipromosikan sebagai alat bantu untuk berhenti merokok. Namun, bukti ilmiah sendiri menunjukkan hasil yang beragam. Sebagian pengguna memang berhasil mengurangi konsumsi rokok konvensional, tetapi banyak di antaranya juga yang tetap bergantung pada nikotin baik melalui vape maupun rokok (dual use). 

Fenomena dual use, yaitu penggunaan vape dan rokok secara bersamaan semakin memperburuk masalah, karena meningkatkan paparan terhadap zat berbahaya. 

Selain itu, World Health Organization (WHO) telah memberikan peringatan mengenai potensi vape dalam mendorong budaya merokok di kalangan anak-anak dan remaja yang dapat  meningkatkan risiko ketergantungan nikotin sejak usia dini.

Meskipun vape sering dianggap lebih sehat daripada rokok, klaim ini tidak sepenuhnya benar. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa vape tetap membawa risiko kesehatan karena mengandung nikotin dan bahan kimia berbahaya lainnya.

Baik vape maupun rokok konvensional bukanlah pilihan yang baik untuk kesehatan, akan tetapi pilihan terbaik adalah berhenti dari semua produk nikotin. Meskipun sulit, terapi penggantian nikotin (NRT), konseling, dan dukungan medis bisa membantu kamu bebas dari ketergantungan nikotin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun