Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, pengaruh budaya asing semakin mendominasi kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia. Media sosial, musik, dan fashion menjadi saluran utama di mana tren dari luar negeri menyebar dengan cepat. Meskipun akses terhadap berbagai budaya ini memberikan beragam pengalaman baru dan memperluas wawasan, ada kekhawatiran yang mendalam bahwa fenomena ini dapat mengaburkan pemahaman mereka terhadap ideologi negara, khususnya Pancasila.
Budaya asing kini mendominasi cara berpikir dan berperilaku anak muda. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, mereka terpapar pada gaya hidup dan nilai-nilai yang sering kali jauh dari budaya local yang ada. Misalnya, dalam dunia musik, genre-genre seperti K-pop dan hip-hop telah menggeser popularitas musik tradisional dan lokal. Banyak anak muda lebih mengenal lirik lagu dari luar negeri, mengabaikan karya-karya seni yang mencerminkan budaya dan sejarah yang mereka sendiri miliki. Di bidang fashion, tren dari luar negeri yang dianggap lebih menarik sering kali diikuti tanpa mempertimbangkan identitas budaya yang seharusnya dijunjung tinggi. Fenomena ini menciptakan kesenjangan dalam penghargaan terhadap seni dan budaya lokal.
Risiko hilangnya nilai-nilai lokal dan identitas budaya menjadi semakin nyata. Anak muda yang terpengaruh oleh budaya asing mungkin kehilangan rasa memiliki terhadap budaya dan tradisi mereka. Penghargaan terhadap seni, bahasa, dan adat istiadat lokal mulai memudar, dan generasi muda berisiko mengalami krisis identitas.
Di sinilah pendidikan Kewarganegaraan (PKN) berperan penting. PKN dirancang untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan kepada generasi muda. Melalui PKN, siswa belajar tidak hanya tentang teori, tetapi juga tentang aplikasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang diajarkan membantu mereka memahami pentingnya toleransi, keadilan sosial, dan hak asasi manusia, yang semuanya berakar pada ideologi negara. PKN dapat membantu anak muda untuk menghayati dan menerapkan nilai-nilai tersebut, sehingga mereka tetap terhubung dengan identitas nasional mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa anak muda tidak perlu menolak semua pengaruh budaya asing. Sebaliknya, mereka harus dilatih untuk memilih dan memilah nilai-nilai positif dari budaya luar tanpa melupakan identitas nasional. Ini berarti mengadopsi elemen yang membawa dampak positif, sambil tetap berkomitmen untuk menjaga dan menghargai kekayaan budaya lokal. PKN dapat berfungsi sebagai panduan dalam proses ini, membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis dan analitis dalam menilai pengaruh budaya asing.
Agar PKN dapat berfungsi dengan efektif, perlu ada kurikulum yang menarik dan relevan dengan konteks kehidupan anak muda saat ini. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, serta memanfaatkan teknologi yang mereka gunakan sehari-hari. Misalnya, penggunaan media sosial dalam pembelajaran PKN dapat membuat materi lebih menarik dan lebih mudah dipahami. Dengan pendekatan ini, PKN tidak hanya menjadi pelajaran, tetapi juga platform untuk diskusi dan eksplorasi budaya yang lebih mendalam.
Menghadapi tantangan budaya asing yang semakin meningkat, penting untuk menegaskan kembali peran PKN dalam menjaga kesadaran akan ideologi negara. PKN harus menjadi alat yang kuat dalam membentuk karakter generasi muda, sehingga mereka tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga pelestari nilai-nilai lokal. Kesadaran ini sangat penting agar anak muda dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat, menjaga keharmonisan dan persatuan di tengah keragaman.
Dengan demikian, semua pihak, terutama pendidik dan orang tua, diharapkan untuk bersama-sama memperkuat pemahaman tentang Pancasila di kalangan generasi muda. Diskusi terbuka di rumah dan di sekolah mengenai nilai-nilai Pancasila dapat membentuk pola pikir anak muda yang lebih kritis terhadap budaya asing yang mereka konsumsi. Ini juga dapat membantu mereka untuk lebih mencintai dan menghargai budaya mereka sendiri.
Harapan kita adalah generasi muda dapat menjadi penerus yang mencintai budaya dan ideologi negaranya sambil tetap terbuka terhadap hal-hal baru dari luar. Dengan memahami dan menghayati Pancasila, mereka tidak hanya akan menjadi individu yang berpengetahuan, tetapi juga warga negara yang bertanggung jawab. Tantangan ini harus dihadapi bersama agar budaya lokal dan nilai-nilai bangsa tetap hidup di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H