Mohon tunggu...
Nopi Aryani
Nopi Aryani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alam Semesta dan Penciptaannya

25 Desember 2018   21:17 Diperbarui: 25 Desember 2018   21:38 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asal usul terciptanya alam semesta atau kejadian alam telah dibahas oleh hampir semua agama. Beberapa pakar agama telah mengemukakan pendapat mereka berdasarkan kitab sucinya. Selain pakar agama, ada pula para filsuf yang mempunyai pendapatnya sendiri mengenai asal usul terjadinya alam semesta. Proses penciptaan alam semesta pun telah dijelaskan di dalam kitab suci Al-Qur'an.

Dalam arti yang luas, yang dinamakan alam adalah hal-hal yang berada di sekitar kita, yang dapat kita lihat, karena kita dikelilingi oleh alam. Secara lebih spesifik lagi, Fazlur Rahman mengatakan bahwa alam adalah sebuah tatanan yang berkembang dan dinamis yang merupakan bagian dari perilaku Tuhan dan menjadikannya sebagai proses dari aktifitas manusia yang bertujuan (Rahman: 75).

Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Qur'an menjelaskan mengenai terciptanya alam semesta ini. Dalam Qur'an Surat Al-Anbiya: 30 disebutkan: "Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiya: 30).

Lalu, Al-Qur'an menjelaskan lagi bahwasanya setelah Allah menciptakan alam in, Allah lantas duduk di atas Arsy, dan di atas Arsy lah Allah mengatur alam semesta ini.

Dialah Allah yang telah mengatur alam semesta melalui takdirnya. Al-Qur'an telah banyak menjelaskan melalui ayat-ayatnya mengenai penciptaan alam semesta secara umum dengan dengan menjelaskan tentang kekuasaan dan keagungan Allah SWT, selain itu juga dijelaskan mengenai fenomena-fenomena alam yang menghubungkan alam dengan Allah sebagai bentuk kekuasaan-Nya.

Pendapat mengenai terbentuknya alam semesta yang paling terkenal adalah karena terjadinya big bang (ledakan besar) pada jutaan tahun yang lalu. Ledakan besar atau Big Bang merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat).

Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu (www.wikipedia.com) 

Pencetus teori Big Bang adalah Stephen Hawking. Menurut Stephen, alam semesta (jagat raya) berawal dari suatu massa yang sangat besar dan mengalami ledakan besar yang sangat dahsyat karena adanya suatu reaksi pada inti massa.

Ketika terjadinya ledakan tersebut, bagian-bagian dari massa tersebut terpecah dan berserakan menjauhi pusat ledakan. Setelah miliaran tahun kemudian, bagian-bagian yang terpecah tersebut menjadi galaksi dalam sistem tata surya.

Filsuf Muslim seperti al-Farabi, dan Ibnu Sina berpendapat bahwa wujudnya alam bukanlah dan bukanlah diciptakan, Allah memang prima kausa, penyebab pertama, penggerak pertama, wajib al-Wujud. Namun, Allah bukanlah pencipta alam, melainkan sebagai penggerak pertama. Allah menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara pancaran (emanasi).

Dengan demikian, Allah menciptakan alam semenjak azali alam semenjak azali dengan materi alam berasal dari energi yang qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah baru berasal dari pancaran pikiran akal pertama (Sirajjudin: 74).

Pendapat al-Farabi dan Ibnu Sina tersebut kemudian dikritik keras oleh al-Ghazali, ia mengemukakan bahwa pemikiran alFarabi dan Ibnu Sina tersebut jelas-jelas tidak bisa diterima dalam pandangan Islam.

Sebab, dalam ajaran Islam (yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadits) Allah merupakan Dzat yang Pencipta (al-Khaliq), yaitu yang menciptakan sesuatu dari tiada. Kalau alam dikatakan qadim, tidak bermula, berarti alam bukanlah diciptakan, dan dengan demikian Tuhan bukanlah Pencipta (Hasyimsyah: 84).

Pada hakikatnya, alam semesta merupakan wujud dari keberadaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan merupakan tanda-tanda keesaan-Nya, kebesaran-Nya, dan kemahakuasaan-Nya, sebab keberadaan alam semesta serta hukum-hukumnya tidak akan ada tanpa keberadaan Allah yang maha kuasa. Segala sesuatu termasuk langit dan bumi merupakan ciptaan Allah yang maha kuasa seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an Surat ke 14:11. 

Allah menciptakan alam semesta ini untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan kebaikan-Nya yang tak terhingga, sehingga manusia harus patuh dan taat terhadap hukum-hukum yang telah Allah tuliskan di dalam kitab suci Al-Qur'an. Kita sebagai umat manusia yang merupakan ciptaan Allah, harus melaksanakan aturan-aturan yang telah Allah berikan dan menjauhi segala larangan-Nya.

Sebagai contoh kepatuhan manusia terhadap Allah SWT adalah dengan tidak merusak apa-apa yang ada di muka bumi atau lingkungan alam. Sudah semestinya kita harus menjaga lingkungan dari segala macam hal yang dapat menimbulkan kerusakan.

Kita harus memanfaatkan apa yang telah Allah berikan di alam ini dengan sebaik-baiknya tanpa harus membuat kerusakan, karena Allah menciptakan lingkungan alam ini dengan sebaik-baiknya, maka kita sebagai ciptaan-Nya harus menjaga lingkungan alam ini dengan dengan sebaik-baiknya pula. 

Salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah dalam menjaga lingkungan alam ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan alam salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari lingkungan baik di darat maupun di laut, tidak merusak habitat makhluk hidup yang lain, saling menjaga antara sesama ciptaan Allah SWT.

Meskipun banyak pendapat mengenai proses terbentuknya alam semesta ini, namun yang pasti adanya alam semesta ini merupakan bukti keagungan Tuhan yang semua agama pasti meyakininya. Kita sebagai umat manusia hanya bisa menjaga alam ini, patuh dan taat kepada sang pencipta alam semesta.

Sumber: 

Nasution, Hasyimsyah MA. 2002. Filsafat Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama)

Rahman, Fazlur. 1987. Metode Dan Alternatif Neo Modernisme Islam.

Zar, Sirajuddin. 2004. Filsafat Islam dan Filsafatnya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

www.wikipedia.com 

https://bit.ly/2V6SvsW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun