Mohon tunggu...
novita djie
novita djie Mohon Tunggu... -

passionate in copywriting and branding

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuasa Mimpi, Kenangan, dan Kegelisahan dalam Tarian Aksara

2 November 2011   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan peradaban manusia tak bisa dipisahkan dengan huruf, bahasa, dan tentu saja buku. Buku yang baik tak hanya mengubah kehidupan penulisnya secara sosial dan ekonomi, namun juga mengubah dunia. Sebuah buku bisa memicu perubahan sejarah dan berdampak bagi kehidupan orang banyak baik itu kehidupan pribadi ataupun pergolakan budaya sosial. Dampaknya pun bisa positif, bisa juga negatif. Buku-buku yang mengubah dunia itu telah lebih dulu melewati satu tahapan: Mengubah Individu. Karena sebuah buku yang mengubah dunia diawali dari mengubah individu, dan semua itu diawali dari kemiripan kondisi pembaca dan kemiripan kondisi tokoh dalam buku itu. Sebagai pecinta buku, banyak diantara buku-buku yang mengubah dunia itu telah saya baca dan saya pun mengerti mengapa ketika masanya buku itu bisa mengubah sejarah suatu bangsa dan dunia. Buku-buku itu lahir dari sebuah mimpi, dari kelebatan memori, dan raungan kegelisahan hati.

Dalam banyak hal, kerap kali mimpi, kenangan dan kegelisahan itu tertuang dalam sebuah  kisah. Sebuah karya fiksi. Dan buku fiksi bisa membawa dampak yang lebih mendalam karena tentu saja, tarian aksara di dalamnya lebih bisa dinikmati dengan santai. Banyak pesan yang berhasil ditanamkan sebuah karya fiksi secara jauh lebih dalam kedalam pola pikir pembacanya dibanding karya non fiksi. Sebut saja buku  The Day of the Jackal, Uncle Tom’s Cabin, Harry Potter, The Good Earth, The God Father, Sophie’s World, To Kill a Mockingbird dan banyak lagi. Untuk non fiksinya sebut saja Diary of Anne Frank. Apakah saya berlebihan?

Akan saya sebutkan dampak dari buku-buku diatas. Buku The Day of the Jackal berdampak luar biasa dalam bidak politik dan keamanan dunia. Metode pemalsuan identitas dan pembunuhan presiden yang ditulis dengan detail luar biasa di dalamnya menjadi buku panduan bagi banyak pelaku kejahatan untuk menembus keamanan tingkat tinggi. Uncle Tom’s Cabin memicu perang saudara di Amerika dan pucaknya berhasil menyatukan solidaritas masyarakat untuk menghapus perbudakan. Sophie’s World membuat filsafat tak lagi rumit, kusut dan abstrak bagi banyak orang. The Good Earth berhasil membuat dunia melihat dengan mata terbuka kondisi China pada masanya, The God Father menambah kepopuleran mafia di Amerika, menambah banyak jumlah mereka namun juga diisukan berhasil menjadi buku yang mengungkap jaringan mafia sampai sang penulis sendiri menjadi buronan mafia. To Kill a Mockingbird menggemakan kesetaraan rasial di Amerika, dan Harry Potter dengan dahsyatnya melambungkan popularitas novel fantasi di dunia penerbitan dan akhirnya berdampak pada maraknya pernak-pernik dunia sihir baik yang resmi maupun tak resmi sehingga turut menggerakkan perekonomian dunia secara tak langsung. Sementara Diary of Anne Frank menjadi rujukan banyak sejarawan tentang sepak terjang Hitler dan kekejian Nazi.

Bagaimana dengan buku di Indonesia? Sejauh mana buku mengubah roda kehidupanbangsa Indonesia? Untuk menulis artikel ini saya sempat membuat sebuah survey santai di sosial media, dengan responden orang-orang yang aktif di dunia perbukuan Indonesia, untuk memantapkan asumsi pribadi saya. Hasilnya ternyata sesuai dugaan saya. Laskar Pelangi ada di urutan pertama dari judul-judul itu, disusul kemudian Tetralogi Bumi Manusia karya Pak Pramoedya Ananta Toer. Urutan berikutnya ada Catatan Seorang Demonstran yang sejatinya adalah buku harian Soe Hok Gie, dan Saman karya Ayu Utami.

Laskar Pelangi disebut-sebut sebagai buku yang menginspirasi dunia pendidikan Indonesia dan meningkatkan kepedulian dalam masyarakat Indonesia bagi pendidikan di kawasan pelosok dan terpencil. Sejak meledaknya Laskar Pelangi pun banyak buku-buku sejenis yang bermunculan di pasaran, demikian pula gaya menulis Andrea Hirata pun menjadi inspirasi banyak penulis. Tetralogi Bumi Manusia disebut sebagai memilah kembali identitas ke-jawaan dengan jiwa ke-Eropaan yang waktu itu jadi symbol dan kiblat pengetahuan. Menyadarkan bangsa ini untuk tetap ingat dan sadar akan identitasnya dalam modernisasi. Demikian pula Catatan Seorang Demonstran yang disebut-sebut mengobarkan semangat mahasiswa mendobrak orde lama hingga akhirnya melahirkan orde reformasi. Sementara novel Saman, jika dicermati bukan sekadar mengangkat topik tentang seks namun juga memuat pola pikir revolusioner yang menggebrak pola pikir masyarakat sekaligus menjadi tonggak baru dalam sejarah kesusastraan Indonesia.

Saya kerap kali tak bisa menahan tawa ketika mendengar buku itu hanya rangkaian kata yang diketik secara asal atau asumsi bahwa penulis itu menulis sambil bermimpi dan isi tulisannya hanya khayal dan tumpahan kegelisahan semata. Mimpi, Kenangan, dan Kegelisahan memang tak berguna bila ia hanya kita simpan dalam batin kita. Namun ia bisa menjadi penggerak sejarah ketika aksara menari untuknya. Saya tak akan begitu jatuh cinta pada buku bila tak menemukan sebutir atau banyak butir mutiara yang dipoles sedemikian indahnya oleh para penulis. Banyak teman bilang, saya ini orisinal dalam bertindak, dan memiliki prinsip. Yang saya ingat saya belajar memegang prinsip dan idealisme saya, serta kecintaan saya pada Indonesia tumbuh sejak saya membaca Catatan Seorang Demonstran, buku yang pernah dilarang oleh pemerintah, dan buku yang kata generasi kuno keluarga saya mengacaukan kepala saya. Sebuah tarian aksara yang diciptakan pemuda kerempeng di bawah cahaya remang lentera di sebuah kamar belakang yang bernyamuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun