Mohon tunggu...
Novyana Handayani
Novyana Handayani Mohon Tunggu... aparatur sipil negara -

Dulu sempat menjadi jurnalis. Lima tahun saya rasa cukup, karena ternyata label media cetak hanya perusahaan kapitalis yang mementingkan rekening pribadi dibanding kesejahteraan karyawan serta informasi yang valid, berimbang serta aktual bagi khalayak. Kini, saya hanya seorang penulis tanpa kertas...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mempertanyakan Standar Moral Facebook

11 Oktober 2016   08:52 Diperbarui: 11 Oktober 2016   09:04 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada awal kemunculannya, media sosial Facebook bagai angin segar bagi kehidupan sosial. Individu dapat saling terhubung dengan sahabat maupun kerabat, yang terpisah jarak. Saling bertanya kabar atau berbagi kenangan lama lewat foto-foto. Kala itu, Facebook bagai halaman belakang tempat bersantai dari penat dan saling bersenda gurau. Namun belakangan, Facebook lebih terasa seperti hutan belantara yang pernuh dengan mahluk liar.

Menebar kebencian dan berita fitnah, kini menjadi keseharian dari kegiatan di Facebook. Namun diatas semua, yang paling parah adalah foto kekerasan dan pornografi yang marak di media sosial ini. Saya termasuk orang yang konsen akan hal ini. Hampir setiap hari saya melaporkan kegiatan kekerasan dan pornografi ke administrator Facebook. Pernah saya laporkan kegiatan dua bocah yang berhubungan seksual sambil berdiri.

Lalu lain waktu, saya laporkan meme berupa berempuan yang berpose nungging dengan menunjukan alat vitalnya. Hampir setiap foto yang saya laporkan, memiliki benang merah yang sama. Terakhir, saya melaporkan foto kegiatan ranjang ala penyuka sesama jenis. Sesekali Facebook menanggapi laporan saya, dengan menghapus unggahan-unggahan yang tidak senonoh itu. 

Namun lebih sering, ditanggapi bahwa laporan saya 'Tidak melanggar standar komunitas'. Saya heran, standar komunitas siapa yang dimaksud. Karena jelas, menurut norma dan standar komunitas bangsa kita, Indonesia, jelas-jelas foto yang diunggah tidak sesuai standar komunitas dan dapat merusak moral. Hal itu sempat saya laporkan kepada seorang anggota DPD yang terhormat.

Saya tampilkan unggahan yang saya laporkan ke Facebook, beserta jawaban Facebook. Namun tidak ada tanggapan. Rasanya tekanan darah asya naik ke ubun-ubun. Jika wakil rakyat saja tidak perduli, lalu siapa yang bisa saya mintai tolong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun