Walaupun kata literasi tidak asing lagi bagi sebagian orang yang terlibat pada dunia pendidikan, khususnya para guru dan peserta didik. Untuk tingkat literasi peserta didik indonesia, masih jauh tertinggal dari peserta didik negara lainnya, peserta didik Indonesai belum kompetitif. Namun masih banyak diantara mereka yang tidak paham akan makna literasi itu sendiri.
Literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks pendidikan,Indonesia nampaknya lebih senang menggunakan istilah pengajaran bahasa atau pelajaran bahasa daripada menggunakan istilah literasi. Pada masa itu, membaca dan menulis atau dengan istilah lain, melek aksara, dianggap cukup sebagai pendidikan dasar bagi manusia guna menghadapi tantangan zaman dan kerasnya kehidupan. Seorang dapat dikatakan literat apabila dia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
Berdasarkan data dari Association For the Educational Achievement(1992), Jepang dan Finlandia termasuk negara dengan tingkat membaca tertinggi di dunia. Sedangkan Indonesia masuk pada peringkat dua terbawah dari dari 30 negara. Survei dari Program for International Students Assessment(PISA) tahun 1997, Indonesia menempati peringkat 40 dari 41 negara. Pada tahun 2000 Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara yang di survei. Data statistik UNESCO tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca.
Penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (2016) menempati Indonesia pada posisi 60 dari 61 untuk negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia. Indonesia hanya satu tingkat lebih baik dari Republik Botswana, sebuah negara di Afrika bagian selatan. Data ini cukup mengambar bahwa budaya literasi di Indonesia sangat kurang. Bahkan Indonesia kalah tingkat literasinya dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN.
Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulung punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Makna literasi pun semakin berkembang dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman. Istilah literasi sekarang ini tidak sebatas menbaca dan menulis, tapi telah berkaitan dengan persoalan sosial dan politik dan memunculkan definisi baru tentang literasi. Kata literasi pun banyak disandingkan dengan kata-kata lain, misalnya literasi komputer, literasi matematika dan sebagainya.
Makna literasi yang semakin berkembang, ternyata berbanding terbalik dengan kemajuan budaya literasi di Indonesia. Indonesia negara tertinggal cukup lumayan dibanding beberapa negara. Misalnya dengan negara Vietnam. Penyebabnya, karena budaya literasi mayarakat Indonesia masih sangat rendah.
Indonesia merupakan negara yang kurang daya bacanya dalam literacy purpose. Kebanyakan orang Indonesia membaca atas dasar information purpose. Tingkat pendidikan di indonesia yang masih rendah juga bagian dari faktor yang mempengaruhi keterbelakangan bangsa indonesia dalam budaya literasi. Dengan demikian tampaknya susah Indonesia untuk menyusul ketertinggalan dalam literasi ? Pendidikan merupakan ujung tombak budaya literasi dan menjadi kunci dalam keberhasilan budaya literasi. Dengan tingkatan budaya literasi yang masih rendah, membuat bangsa Indonesia sangat gelisah karena itu diperlukan usaha khusus demi mengejar ketertinggalan tersebut dari negara-negara lain.
Pendidikan merupakan ujung tombak budaya literasi dan memang menjadi kunci dalam keberhasilan budaya literasi. Di skala internasional, tingkat literasi peserta didik indonesia masih jauh tertinggal dari peserta didik negara lainnya. Peserta didik Indonesai belum kompetitif. Karena itu diperlukan usaha khusus demi mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara-negara lain
Salah satunya jalan untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan mutu budaya literasi di Indonesia adalah dengan cara melakukan rekayasa. Rekayasa literasi adalah upaya disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah portal menuju pendidikan dan pembudayaan.
Dalam rangka menumbuhkan Budi Pekerti peserta didik, Pemerintah Indonesia melalui kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Bangsa (GLB). Gerakan ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembalajaran sepanjang hayat.
GLB dirancang untuk membiasakan peserta didik gemar membaca dan menulis. GLB mengambil model penumbuhan budi pekerti 15 menit pertama sebelum pelajaran dimulai, sebagaimana yang dituangkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Modelnya adalah membaca, mengkonstruksi, dan menulis kembali hasil bacaan dan bahan bacaan yang nanti disiapkan tentunya relevan dengan perkembangan psikologi dan kecerdasan peserta didik. GLB merupakan kegiatan ekstrakurikuler bukan intrakurikuler, jadi tidak menambah jam belajar yang sudah ada.