Mohon tunggu...
Nopanto
Nopanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mounesia

Berusaha untuk menjadi lebih baik...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah

6 Mei 2021   23:00 Diperbarui: 6 Mei 2021   23:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepergiannya bak cangkokan mudah yang di renggut dari batang induk. Perpisahan ini menjadi titik batas dalam hidupku. Mungkin ini adalah sebuah Perpisahan yang tak tersimpulkan, ia datang namun aku tak tau kapan ia menghilang dari linimasi waktuku.

Semenjak ia berlalu aku merasa mentari berjalan begitu lambat, merangkaki angkasa inci demi inci seperti keong. Lambat, yaa lambat tak peduli dengan jarak yang ditempuhnya taak akan mungkin di ulang balik atau tidak.

Kesunyian malam membawahku kepada memori di sepertiga malamku
Dimana lelahku dipeluk jarak membentang luas tidak lagi ada dirimu
Dimana cerita-cerita juang darimu yang paling membuat kewalahan adalah rindu
Dimana mengurangi dengan membaca ulang pesan darimu namun itu hanya untuk sekejap saja tidak menentu
Dimana hampir menyerah dan doa yang tidak berhenti menguatkan semua itu.

Npo

Majene, 06-05-21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun