Mohon tunggu...
Nopalina Manurung
Nopalina Manurung Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelaut dan Kekasihnya yang Telah Pulang

1 Maret 2013   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:29 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada yang pulang,
memikul jala dipundaknya, membawa cinta dan kerinduan yang masih sama. Menuju matahari terbenam, selepas camar-camar menjadi beberapa titik di udara.
Itu, mereka yang berangkulan, dan pulang kesarang.
Kehangatan sekaligus kecemburuan, yang tidak ingin disaksikannya setiap senja tiba.

Dia yang tak jemu-jemu, pergi dan kembali untukmu. Dengan cinta yang tidak pernah terbagi,
ah barangkali rindu memang sudah usang. Atau pelukannmu kah itu, yang tidak lagi sehangat dulu?
Sehabis Senja, kulihat dia memetikkan gitar tua. Dibalik senar-senarnya ada stiker kecil, ada kata saya, gambar hati juga namamu. dilantunkannya irama kerinduan yang sangat dalam. Sambil sesekali menyeruput teh buatannya sendiri.

Tiap kali irama gitar melemah, tiap kali itu pula ia menarik nafas yang sangat panjang. Seperti, penyair yang kelelahan menyudahi ingatan yang jauh,
sejauh dekapanmu kini.
Ah,,, itu terlalu melelahkannya. Mengapa tidak kau bawa saja dia bersamamu, seperti dahulu. Seperti lenganmu, yang menggelayut manja dilengannya. Seperti janjimu, yang akan tetap setia bersamanya.
Ah sepertinya cinta pun tak abadi, seabadi kau di ingatannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun