Mohon tunggu...
Noor Wahidah A.W.
Noor Wahidah A.W. Mohon Tunggu... -

Mahasiswi yang sedang menempuh Manajemen Pendidikan Islam di Pasca Sarjana IAIN Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Melihat Siapa Orangnya Melainkan Kemampuannya

28 April 2016   20:47 Diperbarui: 28 April 2016   21:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan melihat orangnya melainkan kemampuannya

Sering kali kita melihat seseorang yang belum kita kenal yaitu dari penampilannya. Hal ini sangat ‘lumrah’ terjadi pada setiap orang, termasuk kita. Hanya melihat penampilan seseorang saja sudah menjadi poin penilaian paling penting bagi kita. Bahkan penampilan seseorang dapat menjadi daya tarik bagi orang lain seperti ketika melihat wanita cantik membuat seorang laki-laki di sekitar tempat itu menjadi tertarik padahal kita tak tahu bagaimana sifatnya yang mungkin saja malah berbalik 180 derajat dari penampilan luarnya itu.

Itulah sebabnya jangan langsung menilai seseorang dari penampilan luarnya tetapi kita telusuri lebih dalam bagaimanakah ia sebenarnya misal melihat kemampuannya. Banyak kita jumpai pekerjaan yang lebih mengutamakan penampilan luar dibandingkan kemampuan. Sekali hanya dari melihat sudah tertarik maka mereka akan mengkesampingkan kemampuan. Tidak hanya dalam pekerjaan bahkan dalam bidang pendidikan pun sering terjadi dengan yang namanya ‘pilih kasih’ bukan karena kemampuan.

Contohnya seorang siswa yang ternyata anak dari seorang guru di sekolah itu lebih diperhatikan guru tertentu bahkan terkadang guru-guru terkesan ‘pekewuh (segan)’ bila memberikan nilai jelek pada anak itu. Padahal ternyata siswa itu bila melihat dari kemampuannya dalam proses pembelajaran masih terbilang dibawah teman-temannya. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidak adilan bagi siswa lain yang bukan anak guru yang ternyata merasakan diskriminasi prestasi belajar di sekolah tersebut.

Adapun contoh yang cukup mirip dengan contoh diatas yaitu mengenai seseorang diterima oleh sebuah lembaga karena orang itu anaknya bupati misalnya. Hanya karena dia anaknya seorang pejabat daerah membuat sebuah lembaga langsung menerimanya tanpa mengesampingkan kemampuannya. Padahal pegawai lain yang masuk di lembaga tersebut itu saja mengikuti penyeleksian yang cukup ketat dan sulit dengan mengutamakan kemampuan masing-masing.

Beginilah negara kita, ternyata masih ada yang namanya nepotisme, yang harusnya dihilangkan dan tidak menjadi budaya bagi negara kita. Hal ini bisa menimbulkan efek diskriminasi terhadap orang lain yang lebih dipilih karena kemampuan diri mereka sendiri bukan karena dia anak siapa atau bagaimana orangnya? Namun terkadang juga ada beberapa yang merasa risih juga diperlakukan bukan karena kemampuannya tetapi karena nepotisme tersebut. Orang-orang yang menyadari hal itu pasti langsung memilih menunjukkan seberapa keras ia berusaha dengan kemampuannya sendiri tanpa adanya ‘embel-embel’ nepotisme seperti itu.

Anak seorang guru yang belajar di sekolah dimana orang tuanya juga menjadi guru di sekolah itu, bisa saja ia seenaknya saja sekolah tanpa harus memikirkan nilainya namun ada juga siswa yang anaknya guru sekolah itu lebih aktif dan bersungguh-sungguh menunjukkan kemampuannya sendiri tanpa harus peduli ia anak siapa, ia tetap mengejar prestasinya tanpa embel-embel nama orang tuanya. Hal ini pun juga berlaku dalam bidang lain dan pekerjaan lain juga. Jadi sebaiknya kita mencoba melihat dan menilai seseorang bukan karena ia siapa, anaknya siapa, cantikkah, gantengkah, tetapi kemampuannyalah yang menentukan segalanya. Terlebih bila kita melihat kondisi zaman sekarang ini yang mana orang yang berkemampuanlah yang sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun