Mohon tunggu...
noorkholis ridho
noorkholis ridho Mohon Tunggu... -

aku cinta negeri ini tapi aku benci sistem yang ada hanya ada satu kata "LAWAN"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Searching for an ASEAN Identity Amongst The Youth in Southeast Asia

14 Januari 2011   17:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seminar kali ini membicarakan tentang mencari identitas ASEAN di kalangan pemuda di Asia Tenggara melihat tantangan dan prospek. Menurut rektor Universitas Paramadina, Dr. Anies Baswedan, dalam pidatonya mengatakan bahwapentingnyapemudauntukterlibatdalam gerakanASEANdi panggungglobal. Dalam seminar ini dihadiri oleh tiga pembicara, yaitu Septama Kadir sebagaiKoordinator Program ASEAN Foundation, Riris Sundrijo sebagai koordinator PACIVIS Universitas Indonesia, dan Dr Sri Margana sebagai Sejarawan pada studi Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada.

Pembicara diawali oleh Septama Kadir dalam pidatonya menyampaikan presentasi tentang pengenalan ASEAN Foundation, misi dan visi, dan program-programnya.The Asia Foundation adalah organisasi nirlaba, non pemerintah, yang bekerja untuk meningkatkan kerjasama di kawasan Asia Pasifik. The Asia Foundation didanai oleh kontribusi dari beberapa perusahaan, yayasan, perorangan dan organisasi pemerintah di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia-Pasifik. Melalui program-programnya, The Asia Foundation membangun kepemimpinan, meningkatkan kualitas kebijakan dalam rangka mendorong peningkatan keterbukaan dan kesejahteraan bersama di kawasan Asia Pasifik. The Asia Foundation memulai programnya di Indonesia pada awal tahun 1955. Program  yang utama adalah mendukung berbagai LSM dalam upaya untuk memperkuat basis  dan hak-hak politik rakyat sebagai landasan untuk meningkatkan partisipasi mereka. Beberapa contoh kegiatan yang telah dibantu adalah sebagai berikut:

1.Peningkatan partisipasi masyarakat dalam agenda politik nasional dalam perspektif penguatan masyarakat sipil dan hak-hak asasi manusia. Termasuk di dalamnya partisipasi perempuan.

2.Pemberdayaan usaha kecil dan menengah dengan menciptakan iklim kebijakan pemerintah yang lebih kondusif.

3.Pengembangan mekanisme penyelesaian konflik dalam masyarakat, antara lain melalui lembaga arbitrase.

Pembicara kedua dilanjutkan oleh Riris Sundrijo dalam pidatonya menyampaikan presentasinya tentang bagaimana membentuk identitas multikultural di Asia Tenggara dan tantangan untuk regional ASEAN.Literatur Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008. Ada dua karakter utama Asia Selatan:

1.Komunitarianisme: hubungan sosial yang terbentuk dalam kerangka hubungan antar-kelompok (keluarga, klan, komunitas, jaringan,bangsa atau negara). Stabilitas sosial jauh lebih penting daripada pemenuhan hak-hak individu dan kebebasan.

2.Agama: agama tidak terpisah dari aspek-aspek lain mereka hidup, baik kehidupan sosial, politik, atau ekonomi. Agama tidak 'tersembunyi/disimpan' dalam kotak 'kehidupan pribadi', tetapi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari 'kehidupan publik’.

Pembicara terakhir yang dilanjutkan oleh Dr. Sri Margana dalam pidatonya membicarakan tentang kesamaan budaya di Asia Tenggara yang muncul lebih banyak masalah daripada keragaman.Memang kita bisa sadari bahwa negara-negara di Asia Tenggara dari zaman Sebelum Masehi (SM) sudah menjadi awal dari persamaan budaya contohnya Indonesia dengan Vietnam pada zaman tersebut dikenal dengan zaman logam. Hal tersebut Bukti pengetahuan itu diperoleh pada tahun 1924 ketika dilakukan penggalian arkeologis di Situs Dong Son, Thanh-hoa (Vietnam). Dari penggalian itu ditemukan berbagai macam alat perunggu, antara lain nekara bejana, ujung tombak, kapal, dan berbagai macam gelang. Benda-benda tersebut mempunyai banyak persamaan dengan benda yang ditemukan di Tiongkok dari masa Dinasti Han (awal abad pertama Masehi), di Non Nok Tha (Thailand) berupa kapak perunggu dari 3000 SM, dan di Filipina dari 400 SM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun