Kisah Haru Dari Seorang Anak Kecil dikirim dari makmun13@yahoo.com
Sungguh mengharukan......
Â
Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan
anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini,
perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap
kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia
bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga
dan lain-lain di halaman rumahnya.
Â
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat
mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka
coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena
mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini
pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Â
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari
macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke
sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri,
lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu
berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Â
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang
baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak
yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!"
.... Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga
beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis
tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan
' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau
lakukan?"Â hardik si isteri lagi.
Â
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik
...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah
yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di
depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si
anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Â
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan
hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat
apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan
kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah
tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Â
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecilÂ
luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil
menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit
menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah
menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama
pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu
rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Â
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan
waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga
hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga
begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam,
Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat
anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar
pembantunya.
Â
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita
terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 Â sudah siap" kata
majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah
serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak
itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua
tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi
akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya
harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikanÂ
terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar,
tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Â
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mataÂ
isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuanÂ
pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis,
si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut
kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah.
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan
sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan
melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi...
Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal
menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajahÂ
pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
Â
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?... Bagaimana Dita
mau bermain nanti ?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, "
katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia
dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu
meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua
orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat
Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangisÂ
penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan
dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu
merindukan ayahnya..
Â
regrads,
M a k m u n # 0 0 3
Â
 “ Anak adalah titipan dari Allah…semoga kita bisa menjaga amanah ini
dengan sebaik-baiknya…Ya Allah beri kami kemudahan untuk menjaga
dan membimbing mereka menjadi anak yang sholeh “
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!