Hati yang Terbalut oleh Cinta Lama
Sinopsis : Erika yang ragu menerima lamaran Rangga lelaki yang di bencinya saat masih duduk di bangku SMA, tiba-tiba hadir setelah Erika bercerai karena Dito suami yang telah hidup 10 tahun selingkuh dengan wanita karir salah satu client tempat Dito bekerja.
Terdengar music mengalun lembut dari dalam kamar Erika yang tertata rapi.
“Pernah ku mencintai mu tapi tak begini, kau khiantai hati ini kau lukai aku…” Lagu Anang serasa menohok ulu hati Erika. Palu perceraian baru kemarin diketuk oleh hakim Pengadilan Agama yang menjadikan Erika resmi menyandang status baru yaitu janda, ketika memasuki usia 30 tahun. Usia yang sudah matang bagi seorang wanita. Rasanya pipi Erika menjadi sangat tebal dan ke dua bola mata terasa pedih karena bengkak setelah menangis semalaman merenungi jalan hidupnya. Tak pernah terlintas dalam benak Erika perkawinannya akan hancur, hingga hancur pula hati Erika.
"Maaf Rika, aku harus menceraikanmu," kata Dito sambil menunduk, saat makan malam di Kafe favorit mereka. Malam yang indah berhiaskan purnama sempurna, sebaliknya bagi Erika dunia menjadi gelap gulita. Erika menjadi karena shock. Untunglah, kakinya masih kuat melangkah hingga Erika tiba dirumah.
Bagaimanapun, Erika tak menyangka perjalanan perkawinan yang sangat indah akan kandas karena kehadiran orang ketiga. Apalagi mereka sudah dikaruniai seorang anak yang sangat tampan, yang menghiasi perkawinan mereka. Semula hari-hari mereka lewati dengan penuh keceriaan dan bahagia. Namun, dua tahun terakhir, sikap dan tingkah laku Dito mulai berubah. Jika sebelumnya Dito tidak pernah lembur, maka sekarang hampir tiap malam Dito jarang pulang, ketika Erika bertanya, Dito hanya menjawab dengan kesal, "Lembur ma…," Erika hanya dapat menghelas nafas.
Erika sudah mulai curiga dengan sikap Dito. Hanya pada hari Minggu saja Dito ada dirumah, selain itu, Erika tak tahu Dito berada dimana. Ah… kepercayaan Erika pada ketulusan cinta Dito mulai berkurang.
Berminggu-minggu Erika hanya dapat termenung. Pandangannya kosong menembus jendela kamar, saksi bisu perjalanan perkawinannya yang terkoyak karena Dito lebih memilih Silvana.Erika tak menyangka kalau karyawati baru di kantor Dito lah yang menjadi penyebab kehancuran perkawinannya. Silvana, wanita karir yang juga singgel parents diam-diam telah mencuri hati Dito dan memaksa Erika dan Hafiz putra tercinta buah dari pernikahan Erika dan Dito, harus menyingkir dari kehidupan Dito.
Silvana wanita karir berkelas, sedangkan Erika hanyalah ibu rumah tangga biasa. Jika dibandingkan, bagaikan langit dan bumi. Erika menjadi sangat terpuruk dengan kondisi sekarangnya sekarang.
Setengah tahun berlalu. Erika tersadar, dia tidak bisa berlama-lama terpuruk dan merana hatinya, dengan ijasah yang sempat terabaikan, Erika harus berpikir realistis untuk menghidupi dirinya dan Hafiz putera semata wayangnya.
Dia harus bekerja. Dia tidak bisa terus menerus di supply kebutuhan hidupnya oleh orang tuanya. Semenjak perceraian itu, Dito tak pernah berkunjung sekalipun mengunjungi anaknya, Hafiz.
Dorongan dan kasih sayang dari Hafiz dan orang tuanya lah yang menyadarkan Erika pada peran barunya sebagai orang tua tunggal, maka Erika harus mampu menghidupi kehidupan mereka. Maka, Erika mulai dengan menuliskan beberapa surat lamaran. Erika memilih mencari lowongan sebagai sekertaris, karena hanya pekerjaan inilah yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya di Public Relation sewaktu kuliah dulu.
Akhirnya, salah satu perusahaan eksport- import mengirimkan balasan, bahwa dia harus mengikuti serangkaian tes, sebelum benar-benar di terima.
"Baiklah Ibu Erika secara akademi nilai-nilai anda sangat memuaskan, hanya saja pengalaman masih minim, sebenarnya ada satu interview lagi yang harus anda lalui, dan ini adalah interview penentu karena anda akan menjadi sekertaris beliau. Perlu anda ketahui beliau orang yang sangat sulit dalam memilih sekertaris, tapi saya juga heran setelah menerima berkas lamaran Ibu Erika beliau langsung menerima anda.” Itulah kalimat terakhir dari bagian HRD pada Erika saat tanda tangan kontrak kerjanya.
Hari pertama bekerja terasa mendebarkan, Erika menjadi bersemangat karena menjalani sesuatu yang berbeda dari rutinitasnya selama ini. Dia sengaja datang lebih pagi, supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Sampai di kantor, Erika menyapa beberapa cleaning service yang sedang menyelesaikan pekerjaan mereka. Erika mulai meletakkan tas kerja dan menata meja. Dia membuka buka file yang harus diserahkan pada bos dan melihat kegiatan bosnya dalam satu minggu ini.
Tiba-tiba Erika terkagetkan dengan suara yang rasanya pernah dia kenal berapa tahun silam.
“Hai Rika, apa kabar? “ Erika terdiam, kaget dan canggung ketika menerima tatap mata setajam mata elang.
“Rangga, ka … kamu….” Erika tergagap, menyadari bahwa Rangga adalah bosnya.
"Betul Ka, aku adalah atasanmu." Kata Rangga sambil tersenyum.
"Bagaimana kabarmu? Ah… kamu masih sama seperti masa SMA dulu, bahkan sekarang makin terlihat dewasa…" kata Rangga sambil memegang tangan Erika yang masih gemetar.
Dalam lunch hari pertama Erika bekerja, "Setelah lulus SMA aku melanjutkan kuliah sambil bekerja, dan jadilah aku merintis bisnis ini hingga menjadi sebesar ini. Rika, sungguh sulit melupakan cinta pertama yang tak terbalas. Bukan aku tidak mencoba untuk dekat dengan wanita, tapi selalu saja mengalami kegagalan.” Rangga menghela nafas dalam, dia kembali terdiam, seakan mengenang masa lalu.
“Rasanya seperti mimpi wanita yang telah lama kunanti sekarang ada di depan mata. Masih tetap cantik dan mempesona seperti aku kenal. “ Rangga menatap Erika lembut dan tajam.
Makan siang yang seharusnya nikmat dengan hidangan favorit Erika yang sengaja Rangga pesan mendadak mengganjal semua di tenggorokan.
Saat remaja, Erika menolak cinta Rangga karena memang Erika menganggap Rangga adalah sahabatnya. Erika menjadi sangat membenci Rangga ketika Rangga mengutarakan cinta yang bagi Erika saat itu menjadi hal yang sangat tabu.
Erika masih ingat ketika mengusir Rangga dari rumahnya, padahal Rangga hanya mengantarkan kado ulang tahun di usianya yang menginjak sweet seventeen, “Bawa kado kamu, aku nggak butuh!” Dengan kasar Erika melempar bungkusan pink berpita itu.
Karena peristiwa itu juga Nenek menjadi marah pada Erika. Nenek tidak mau cucunya menjadi gadis kasar dan galak.
"Erika tidak seharusnya kamu berbuat seperti itu, kasihan Rangga. Bisa-bisa kamu jadi perawan tua! Kualat! Janganlah kamu terlalu membenci orang karena bisa jadi suatu saat orang tersebut menjadi orangyang sangat kamu sukai!” nasehat dari nenek.
Saat itu Erika menjawab sambil menggerutu, “Apa-apa an sih Nenek, gak mungkin aku suka dengan Rangga, karena aku suka dia hanya sebatas teman, Nek.Titik!”
Sebelas tahun berlalu, dan sekarang lelaki yang di bencinya masih menunggu cintanya.
“Rika apakah masih tertutup pintu hatimu untukku?" kata Rangga sambil menyentuh jemarinya. Erika tertunduk dalam diam.
Erika bingung dengan perasaan yang berkecamuk, antara perasaan terluka karena pengkhianatan Dito, dan pertemuan mendadak dengan Rangga, lelaki masa lalu yang Erika tolak, serta nasib Hafiz yang membutuhkan kasih sayang dari dua orang tua.
Rangga masih menggenggam tangan Erika dengan lembut, "Aku tahu kamu masih sangat terluka, dan kamu tahu Rika, aku masih tetap setia dengan penentian ini untuk membuka pintu hatimu. Bagiku cinta pertama tidak akan bisa pudar.”
Erika tak sanggup lagi meneruskan makan siangnya, dia merasa sangat bingung dan gelisah. Apakah menerima cinta Rangga, padahal hatinya masih terluka oleh penghianatan Dito, ataukah menolak? dan dia harus mencari pekerjaan lagi.
“Tenangkan hatimu, aku masih sanggup menunggu untuk berapa lama lagi, sampai luka hatimu sembuh, akan tetapi Rika, tidakah kau memberi kesempatan padaku untuk membalut lukamu bersama dengan Hafiz? aku sungguh mencintaimu, Rika tanpa syarat! Aku mau kamu apa adanya.”
Ucapan lembut Rangga, menyejukan hatinya yang gundah gulana, sempat terbesit dalam hati Erika, “ Apakah memang Rangga jodoh terakhir yang dikirim buat membalut luka hatinya? Apakah kata Nenek kualat itu memang benar-benar terjadi?“
Erika tidak peduli, dia hanya merasakan kehangatan dalam rengkuhan Rangga, yang tetap mencintainya dari SMA hingga sekarang.
Gambar : dr google
Penulis : Diah Chamidiyah + Noorhani Nomor Peserta : 66
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H