Wah kemarin sore udah kepengen sampai rumah ternyata nasib, nasib bus jemputan kami warga Cimanggis mogok berat di Senayan. Akhirnya ber-enam kita naik bus Mayasari jurusan Cibubur Cilengsi, sementara hujan mengguyur deras di luar.
Baru duduk udah ditawari penjual asongan, "Cuma seribu ... seribu ... teman hujan sore-sore! "
Wah ternyata kacang telur. "Enak lho Mbak, apa aku yang kelaparan," kata bu Rasya yang langsung menikmati kacang telur jajaan anak yang tampak dekil.
Aku jadi ikutan tertarik langsung beli dan langsung memakannya. Sebenarnya aku tidak hanya tertarik rasa enak yang barusan bu Rasya teman perjalanan pulang kantor tapi melihat pedagangnya masih anak-anak sudah harus bekerja keras membanting tulang di kota metropolitan.
Ah aku merasa beruntung senja dan hujan turun ada rasa cinta yang ingin aku bagi dengan membeli beberapa kacang telor jualannya. Dan kunikmati kacang telur dengan senyum yang masih termemori anak penjual kacang telur menerima sepuluh ribu uangku.
"Kriuk ... kresss ... hmmm enak! Gurih manis," Kacang telur ini mengingatkan kacang kucing jaman kecil dulu, itu kacang terenak waktu masih di Sekolah Dasar.
***
Hujan semakin deras tak ada matahari senja yang tampak terbenam. Bus melaju dengan tersendat-sendat, sudah bukan rahasia lagi kalau Jakarta akan macet dengan hujan senja di jam pulang kantor. Sebentar kemudian, pengamen jalanan dengan gitarnya. Berdiri samping persis aku.
 "Aduuhh berisik nih, aku gak bisa tidur" gerutu Bu Rasya.
Kemudia pengamen itu mulai memetikan gitarnya, suaranya dan mainan gitarnya bagus, Aseliii apik! Kalau ada kesempatan untuk berkembang, pasti dia tidak hanya jadi pengamen jalanan.
Ada lagu yang ciptaannya sendiri lho. Sepertinya lagu curahan hati, sedih banget dengarnya dan sang pengamen sangat menghayati.Â