Mutiara Jumat 19 – Forgotten Angel (Part-4)
Pras mentapa Gadis dengan berdebar... "Mas Pras, mau saya panggilkan Mbak Gadis kemari...dia ingin menulis tentang Mas Pras, tadi pas saya papasan dia sedang mencoba meminta ijin Pak Randy agar bisa mewawancari Mas Pras buat majalahnya." "Tapi Mang, saya malu. Saya takut dia kecewa setelah melihat fisik orang di balik foto-foto yang dia anggap mengagumkan." "Mas Pras, jangan berkecil hati ya! Bukannya Mas Pras ingin sekali mengenaal Mbak Gadis, ini kesempatan yang tidak akan datang dua kali Mas Pras, sudahlah kalau jodoh atau bukan yang penting kita berusaha, iya tho Den*..." goda Mang Seno. "Stop! Jangan panggil aku Aden, Aden ...kan kita sudah sepakat setelah umur aku 24 thn tidak ada lagi panggilan Aden, Aden, apalagi di depan Gadis!malu." "Nah gitu tho Mas Pras, wong* ganteng kok minder...monggo* kita samperin aja Mbak Gadis," goda Mang Seno. "Jangan sekarang Mang, aku kasih kartu nama aja biar besok kita atur ketemu di mana." Mang Seno turun dari mobil dan menemui Gadis. "Mbak Gadis, ini kartu nama Mas Pras maaf saat ini dia masih harus mengurus beberapa hal jadi belum bisa di wawancara, tapi Mas Pras nanti akan menghubungi untuk buat janji dengan Mbak..." kata Mang Seno. Dari jauh Pras bisa melihat Gadis berbinar-binar menerima kartu nama yang ia titipkan Mang Seno. Terlihat Gadis yang mengepalkan tangan sembari berucap "Yess!". Pras jadi ikutan tersenyum menyaksikan gadis yang ia kagumi diam-diam setelah sekian lama bertingkah seperti itu. Mungkin ini jalan awal  yang harus dia lewati untuk mengenalnya, tidak ada cara lain, Pras harus berani menghadapi dengan kondisi fisik yang dia punya untuk menghadapi gadis idamannya. "Hallo malam," bergetar suara Pras untuk pertama kali menyapa Gadis. "Maaf dengan Gadis." "Ya Gadis di sini, hmmm siapa ya?" "Saya Pras, maaf tadi siang saya sangat sibuk buat persiapan pameran besok jadi tidak bisa menemui Anda." "Oh Mas FA ya, sip sip gak apa-apa...kapan saya bisa menulis profil anda. Perusahaan saya ingin menulis tentang Anda, terus terang karya-karya Anda sangat indah." Suara ringan Gadis terdengar ramah di telinga Pras. "Biasa saja Mbak Gadis, kebetulan saya bisa memotret dan Mbak pintar merangkai kata jadi biasa sajalah," entahlah kekuatan mana Pras jadi pandai berkata-kata. "Wah Mas Pras jangan merendah gitu dong! Aseli 100% karya Mas sangat indah dan hidup," puji Gadis dengan girang, dalam pikirannya terbesit promosi untuk menjadi Asisten Manager berkelebatan, Gadis bertekad akan membuat Pras berita yang spektakuler, karena selama ini belum ada media yang berhasil menulis tentang si FA yang misterius. "Ok besok kita ketemu setelah pembukaan pameran, di Trainz café, kamu pasti suka makanan disitu semua organic dan non msg, juice nya juga buah alami. "Ok mas Pras, saya sudah lama menunggu pertemuan dengan Anda, terima kasih. See you tomorrow...on lunch ya."Gadis menutup hpnya. Dan malam ini membuat Pras tidak bisa tidur, sekali dalam hidupnya ia merasakan debar yang luar bisa berbicara dengan lawan jenis. Sementara Gadis tersenyum membayangkan pria inisial FA yang menyentil* hatinya, "Pasti pria itu menawan, semenawan hasil bidikan-bidikannya yang laris manis oleh penggemar foto-foto. Hmm Mas Pras...kamulah jalan mulus untuk karir aku." Trainz Café Pras ditemani Mang Seno, setelah  sejenak menyaksikan pembukaan pameran foto-foto para fotografer ternama,  Pras memilih untuk lebih dahulu menunggu Gadis di pojokan Café Trainz di atas kursi rodanya. Mang Seno dapat menyaksikan ketegangan yang sedang dialami momongannya*. "Sudah Mas Pras gak apa-apa." Mang Seno meyakinkan B e r s a m b u ng Keterangan : Den : panggilan kehormatan untuk tuan lelaki (dalam budaya Jawa). Wong : aslinya Monggo : silakan Menyentil : mengusik Momongan : anak yang di asuh Ilustrasi : flicker.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H