Gadis terpekur menatap foto-foto dengan inisial FA, sudah beberapa kali Gadis meliput pameran fotografi. Foto-foto berinisial FA selalu menjadi misteri, karena identitas yang dicantumkan sangat minim, hanya "FA". "Sebenarnya  Gadis ingin sekali mewawancarai fotografer jenius ini, tapi setiap kali mencoba menghubungi selalu di tolak dengan halus. "Gila Boy sombong banget ya si FA, mentang-mentang karyanya tingkat tinggi bukan berarti dia sok jual mahal...masak di mintain profil buat kolom majalah kita ditolak mentah-mentah, emang dia bisa terkenal apa tanpa kita wartawan! Sebelll!!" umpat Gadis di depan Boy sahabat juga partner kerjanya. " Yah Dis, itulah tantangan kita...ternyata tidak semua orang mau terkenal, contohnya si FA ini, dia sangat exclusive dan introvert, mungkin memang dia gak suka publikasi-publikasi tentang dirinya. Cukup! Dengan menghadirkan karya-karya dia orang menilainya..." balas Boy bijak. "Ah elu Boy, pinter banget kalo masalah ngomong...nggak elu bayangin oplah majalah kita naik kalo bisa wawancarain dia, setidaknya kinerja kita keliatan." "Hah, whatever you said lah."" "He he, jangan marah Boy aku kan cuma berandai-andai siapa tau dengan mengangkat profil dia aku bisa naik karir ," Gadis cengengesan. **** Sementara dikamar tingkat yang lengkap dengan fasilitas Prakasa termenung menatap foto-foto Gadis yang diambil dari beberapa angle, betapa hasrat berdesir kuat setiap menyaksikan langkahnya. Untung Mang Seno selalu mau membantunya, Mang Seno yang memberi informasi siapa nama Gadis, asalnya dan kostannya. Pras geli membayangkan Mang Seno yang bertindak seperti intel hanya demi mencari informasi yang dia ingin ketahui, walau Prakasa juga searching di google. Waktu sudah hampir menunjukan pukul 21.00, biasanya pukul segini Gadis dengan langkah lelah pulang dari kantor kadang naik taxi, kadang diantar seorang cowok yang Pras yakin itu teman kerjanya, atau sendirian jalan dari ujung gang yang berarti dia naik kendaraan umum. Pras gelisah, dari jendela kamarnya yang terbuka belum ada tanda-tanda  kehadiran Gadis yang menaklukan hatinya. " Udah Mas Pras, kenapa sih malu-malu berkenalan ama Gadis. Orangnya baik kok, ramah...," kata Mang Seno yang tiba-tiba sudah nongol membawakan kopi kesukaannya. "Hmmm maunya si Mang, tapi aku nggak berani Mang...Gadis pasti banyak yang naksir, apalagi Mang liat tuh cowok yang kerap ngantar dia, ganteng, gagah dan sempurna." "Itu kan perkiraan Mas Pras, gimana?  apa mau Mang sampein salamnya ke Gadis...he he he ...," ledek Mang Seno. "Ngak ah Mang, nanti-nanti saja...ssstttt tuh tuh Mang Gadis diantar cowo yang biasa," Pras dan Mang Seno bersama memperhatikan gerak gerik Gadis dan Boy dari atas. Samar terdengar ..."Ok Boy! makasih ya sudah nganter, jangan lupa besok kita berburu untuk profil minggu depan, aku sih bener-bener penasaran ama si empunya inisial FA (samar sekali,  semakin tak terdengar)." " Ahh kamu masih saja berambisi naik pangkat ya," ledek Boy sambil memegang ujung topi Gadis dan menghempaskan ke bawah, membuat Gadis hampir jatuh ke pelukan Boy. Mang Seno menatap sekilas perubahan mimik tuannya, yang tiba-tiba memanas. "Sudah Mas Pras, diminum dulu kopinya biar adem." "Heh...,iya Mang, makasi ya..." Malam semakin merayap larut, Pras masih memilih-milih foto yang akan diikutkan pameran selanjutnya. Ternyata foto-foto yang dipamerkan habis terjual, untung Pras mempunyai agent yang mengurusi segala jual beli, lelang dan pamerannya yang professional. Pras tidak perlu ribut dengan masalah distribusi, pembagian hasil penjualan atau seputar exhibition. Semua sudah ditangani dengan baik oleh agentnya, Pras tinggal menerima hasil bersih yang di transferan ke rekeningnya. Satu foto Gadis terbingkai besar diantara foto-foto bidikannya, andrenalin Pras terpacu setiap menatap sepasang mata bola yang indah, lesung pipit dan rambut panjang terurai. Buatnya foto inilah hasil karya terindah setelah sekian banyak dia mengambil gambar, sebuah foto yang bisa menyemangati hari-hari sepinya dan menemani malam-malam panjangnya. " Hmmm gadis..." Pras tertidur lelap dalam mimpinya. Bersambung Ilustrasi : pertiwi-wallpaper.blogspot.com Mutiara Jumat : " Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS : 3, ayat 185)."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H