Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Sang Ayah: Berapa Kecepatan Waktu

21 Desember 2010   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Sang – Ayah :
BERAPA KECEPATAN WAKTU?
Sejenak aku tengok spion tengah mobil ku untuk melihat situasi dibelakang mobil.
Jalanan pagi tol jagorawi macet menuju kota metropolitan. Jam  menunjukkan pukul
enam lebih tujuh belas menit. Hari ini hari kedua dalam minggu ini yang sudah
merayap menuju har-hari terakhir tahun ini. Dua pekan lagi sudah beganti tahun.
Sekali lagi aku tekan pedal kas karena mobil depan sudah terlalu jauh
meninggalkanku. Tak berapa lama menahan pedal gas, aku terpaksa kembali mengijak
pedal rem lagi, sambil melihat situasi mobil belakang. Ha… terlihat ada yang
aneh di spion tadi.  Lama…. aku perhatikan, terlihat rambut dipelipis sebelah
kiri ada sesuatu yang ga biasa. O iya ada uban di pelipis sebelah kiri ku.
Tangan  kiri sudah gatel mau mencabut uban tadi. Tapi sayang mobil belakang
sudah memberikan tanda untuk bejalan kembali. Lagi2 aku tekan pedal gas untuk
mengejar mobil mobil didepan ku yang semakin jauh meninggalkan ku.
Tangan sudah mulai gatal lagi. Saat tangan kiri kembali akan mencabut uban, ada
yang teriak di dalam hati : ”Jangan….! Jangan kau cabut uban itu!” Aku terhenyak
kaget ketika ada yang berteriak tadi. Tapi aku tunggu beberapa lama, tak ada
menunggu penjelasan kenapa tidak boleh dicabut. Tapi lama aku menunggu, jawaban
itu tak muncul juga. Aku mencoba merenung, kenapa? Iya jawabannya harus aku cari
sendiri, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu kecuali diriku sendiri.
Merenung….dan merenung…. Tak terasa, usia ku kini sudah  berkepala tiga lebih .
Ah…. Engkau masih muda. Bukan masih muda itu jawabannnya….. Aku sudah mulai tua
tanpa aku rasa…
Aku rasa baru kemaren aku sibuk siang malem berjibaku menyelesaikan tugas –
tugas kuliah…
Perasaan baru kemaren aku bersenang-senang atas keberhasilanku menyelesaikan
sarjanaku...
Baru kemaren aku bersedih tanpa harapan karena lamaran kerjaku gagal dan
ditolak…
Serasa baru kemaren aku mengucapkan sujud syukur karena aku diterima kerja di
perusahaan besar…
Cepat sekali waktu itu berlalu…
Dan sekarang tanpa aku sadari waktu terus berjalan, aku sudah memiliki seorang
pendamping hidupku dan dua anak perempuan yang lucu-lucu. Apalagi yang besar
sudah mulai masuk sekolah dan memulai memikirkan sekolah buat anak. Padahal
perasaan baru kemaren aku selesai sekolah, dan sekarang mulai kembali memikirkan
sekolah.
Aku jadi teringat perkataan teman kantor hari jumat yang lalu : “wuihhh ga
kerasa udah jumat lagi ya?! perasaan baru kemaren hari jumat ya!”
Waktu berjalan begitu cepat. Sampai aku tak bisa menghitung berapa kecepata waktu, padahal aku berada didalam waktu juga. Oh… andai kata ada waktu ini bisa
kuperlambat….
Jarum jam penunjukkan jam delapan kurang tiga menit, kumasuki pelataran parkir
kantor untuk melajutkan hidup yang terlalu cepat ini…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun