Waspada dan antisipatif tetap diperlukan, namun tidak boleh berlebihan. Semangat dan optimisme tetap harus dibangun dalam menghadapi kondisi ini. Setidaknya Indonesia saat ini masih lebih baik dari Amerika Serikat, bahkan sekalipun jumlah saat ini digandakan menjadi dua kali lipat. Hampir 30 juta orang terpapar Covid-19 di sana, lebih setengah juta diantaranya meninggal dunia.
Menyehatkan kembali ekonomiÂ
Oxfam pernah memperingatkan potensi kematian akibat kelaparan saat pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 12 ribu per hari di akhir 2020. Dalam laporannya, lembaga nirlaba yang focus menyoroti kemiskinan dunia ini menyebut potensi kematian akibat kelaparan bisa merenggut lebih banyak nyawa dari infeksi virus corona itu sendiri. Data program pangan dunia yang dikutip Oxfam, memperkirakan 821 juta orang tak memiliki cadangan pangan memadai dan  149 juta di antaranya mengalami "kelaparan tingkat krisis atau lebih buruk" pada tahun 2019.
Ada keyakinan bahwa herd immunity atau kekebalan komunitas akan timbul dengan kehadiran orang-orang tanpa gejala (OTG). Vaksinasi dan konsumsi vitamin merupakan stimulus tambahan untuk merangsang keluarnya antibody dari dalam tubuh. Bila vaksin merupakan virus yang dilemahkan untuk mendorong aktivasi antibody. Dalam perspektif lain, kita bisa memposisikan virus itu sendiri sejatinya merupakan vaksin alami bagi orang-orang sehat.
Menghadapi serangan gelombang kedua pada 2021 ini, tampaknya perlu ada perubahan pendekatan dalam penanganan Covid-19. Bukan dengan pembatasan secara ketat maupun vaksinasi atau menggunakan obat paten. Sebaiknya lebih menekankan pada pencegahan dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui konsumsi makanan dan nutrisi yang memadai, pola kerja dengan istirahat yang cukup, serta desain ruang kerja terbuka.
Pemberian bantuan social perlu dilanjutkan, namun menggunakan bahan pokok yang lebih berkualitas, alami dan mengandung nutrisi tinggi. Aksi mengambil keuntungan ekonomi, baik dengan cara legal maupun illegal atau korupsi harus diakhiri sebagaimana kasus pemotongan anggaran bantuan social yang pernah terjadi pada tahun lalu. Kampanye dan pencitraan dengan memanfaatkan momentum pandemic juga sebaiknya tidak lagi dilakukan.
Adaptasi kehidupan baru lebih baik diisi dengan pembelajaran pola kerja dan pola hidup yang sehat. Relaksasi ekonomi bisa dimulai dengan relaksasi penerapan protocol kesehatan. Koreksi perlu dilakukan terhadap penerapan protocol kesehatan yang terlalu ketat dan menyebabkan ketegangan dalam masyarakat. Perusahaan pun bisa kembali beroperasi dan mempekerjakan karyawan-karyawannya, meskipun dengan pergiliran hari kerja.
Perkembangan uji coba tahap II Vaksin Nusantara dan penemuan alat GeNose yang bisa mendeteksi Covid-19 dalam hitungan detik merupakan beberapa trend positif dalam menjawab tantangan penanganan Covid-19. Bila Cina telah menemukan obat Covid-19 dengan menggunakan antibody penetral, tentu tidak boleh dilupakan pula testimoni para penyintas yang sembuh setelah mengkonsumsi jamu tradisional dari bumi Nusantara. Penerapan kearifan local dan local genious ini perlu diberi ruang memadai dalam penanganan Covid-19. Penanganan Covid-19 pada gelombang kedua ini bisa disinergikan dengan upaya pemulihan ekonomi melalui berbagai perubahan pendekatan tersebut.*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H