Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Janganlah kamu marah, niscaya bagimu surga." (HR. Ibnu Abid Dunya/Shahih/Shahih Al Jaami' No.7374)
Manusia  merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri sehingga tidak lepas dari hubungan sosial dengan orang lain. Semua interaksi sosial yang dilakukan seorang individu memunculkan emosi, dan dari  emosi tersebut kemudian individu dapat menentukan sikap dan pikiran sehingga mampu bertindak sesuai dengan dirinya.
Menurut Goleman, pada prinsipnya emosi dasar manusia meliputi takut, marah, sedih dan senang. Sutanto (2012) menambahkan, emosi meliputi rasa malu, rasa bersalah, dan cemas.
Diantara akhlaq yang baik adalah menahan marah. Dan orang yang paling kuat adalah yang mampu menahan amarahnya. Adanya perilaku manusia yang tidak mampu mengendalikan emosi dan rasionya, maka secara utuh dia telah lemah dalam mengendalikan dirinya sendiri.
Oleh karenanya perilaku tersebut tidak hanya membahayakan diri sendiri saja, tetapi juga dapat membahayakan orang lain. Marah terjadi karena suatu hal yang tidak tersampaikan dengan baik atau tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tidak dipungkiri bahwa kemarahan memiliki dampak negatif yang sangat banyak, dan berbahaya terhadap kondisi individu bahkan masyarakat, jiwa dan raga, materi dan immateri.Â
Selain marah berdampak pada perubahan sosial seseorang, juga dapat merubah situasi dan kondisi tubuh yang signifikan. Dalam kajian psikologi kognitif, perasaan marah dapat mempengaruhi kinerja otak dan tubuh secara terstruktur.
Perilaku marah bukan hanya diekspresikan dengan meningginya tensi psikologis dari seseorang, tetapi juga pada munculnya perilaku negatif seperti mengekspresikannya pada penekanan terhadap satu hal yang berbahaya. Bisa dilihat baik dari segi psikis yang tertekan maupun dari segi sosial.Â
Misalnya mulai dari melakukan tindakan secara fisik bahkan menjauhkan dari fungsi sosial. Marah memang tidak bisa 100% dihilangkan dari manusia karena sudah menjadi bagian dari naluriah, akan tetapi baik secara psikologis maupun secara spiritual perilaku tersebut dapat di minimalisir atau di tekan lagi dengan cara berbeda pada masing-masing individu.
Menurut Better Health Channel ada dua kemungkinan ekspresi ketika seseorang marah, pertama, anger explosions atau kemarahan yang meledak. Ada sebagian orang yang ketika marah tidak memiliki kendali sehingga meledak-ledak atau mengamuk.Â
Prilaku mengamuk dapat menyebabkan orang yang tidak mengendalikan emosi dapat mengisolasi diri dari keluarga dan teman. Tipe orang anger explosions cenderung memiliki harga diri rendah, dan menggunakan kemarahan untuk memanipulasi. Kedua, anger repression atau kemarahan yang menekan.Â
Pola ini berarti bahwa seseorang yang mengalami kemarahan, kemudian akan melampiaskan pada perilaku-perilaku negatif yang berbentuk pelarian. Misalnya saja dengan pergi ke pesta, melampiaskan pada anak atau peliharaan.
Berikut beberapa cara untuk mengontrol marah :
- Menenangkan diri ketika rasa marah muncul untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Marah bukan berarti benar-benar tidak boleh, melainkan perasaan itu dapat di ekspresikan sebaik mungkin, tanpa menyakiti siapapun dan disampaikan dengan tegas teteapi tidak menyinggung.
- Menarik napas dalam-dalam untuk membuat tubuh menjadi lebih rileks. Proses relaksasi dapat membantu meredam amarah. Bisa dengan mendengarkan musik, menulis atau melakukan hal-hal yang disukai.
- Menyadari dan menerima perasaan marah supaya tidak berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Tidak menyimpan dendam karena itu adalah situasi yang sangat tidak nyaman dan bisa menimbulkan tekanan.
- Mengevaluasi dan memikirkan rasa marah untuk mengatasi solusi penyebab kemarahan tersebut. Ketika marah tak selamanya seluruh perasaan menjadi tak terkendali. Ada sisi dimana kita juga bisa memikirkan hal lain mengenai sebuah solusi atau problem solving yang bisa kita lakukan dari pada kita marah-marah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI