Mohon tunggu...
Faiz Kholidiyah
Faiz Kholidiyah Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Belajar dari Pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Berbuat Baikkah?

11 Agustus 2020   22:00 Diperbarui: 11 Agustus 2020   22:04 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak setiap orang memiliki filter yang baik, tak setiap orang memiliki payung yang layak ketika hujan begitu deras. Maka ketahuilah, energi negatif mampu menyebar luas, cepat dan merata. Bahkan orang baik sekalipun.

Benarkah jika dunia ini di huni dengan mayoritas orang jahat?

Pertanyaan ini menjadi tanda tanya besar bagi sebagian orang, mengapa orang-orang yang baik dipanggil oleh Allah lebih dahulu?  Mengapa bukan orang-orang yang jahat ? Ada banyak orang baik dan sholeh yang memiliki usia yang masih  muda tetapi sudah habis masa aktifnya. Adapun maksud dan tujuan Allah memanggil dahulu orang-orang tersebut adalah agar para pengikut setelahnya melakukan seperti orang baik tersebut.

Salah satu tanda datangnya hari kiamat adalah ramai orang sholeh meninggal dunia.  Bahwasannya Allah memandang baik amal  manusia yang berbuat baik dan menjadikan keutamaan bagi mereka.  Allah memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi mereka karena selama hidupnya mereka telah banyak menebar kebaikan, keindahan dan kemulian islam. Maka, mereka pun diambil terlebih dahulu agar mereka segera menerima balasan kenikmatan akhirat lebih cepat dari yang seharusnya, sesuai dengan janjiNya.

Jika dikaitkan dengan ilmu shorof, terdapat kehorensi yang masuk akal. Fi'il berdasarkan hurufnya terbagi menjadi dua yaitu bina' shohih dan bina' mu'tal. Shohih berarti sehat, selamat dari penyakit. Sehat jasmani maupun rohani.  Sedangkan mu'tal yaitu yang berpenyakit. Kebalikan dari shohih yang memiliki banyak sisi negative. 

Di dalam bab satu dari tsulasi mujarrod dijelaskan bahwa, bina' yang bisa masuk dalam bab ini adalah bina' shohih yang muta'addi yaitu manusia yang membutuhkan objek, sehingga tidak perlu menggunakan seluruh anggota badan yang memberatkan untuk dilakukan. Jika diibaratkan dengan manusia, maka bina' shohih adalah pribadi yang sempurna, tanpa ada penyakit hati dan gangguan lainnya. Selanjutnya yaitu  bina' mudho'af, yakni pribadi yang mempunyai keteguhan, berpendirian teguh karena mudho'af berarti dobel yaitu hurufnya sama. Jadi, ketika sudah mempunyai pendirian A, maka tetaplah pendirian tersebut pada pilihan A. 

Selanjutnya yaitu bina' Ajwaf wawi dan naqis wawi, tidak ada naqis ya'i karena dalam bab ini hanyalah fi'il-fi'il yang mudah diatur saja, yaitu dhomah berpasangan dengan wawu, berbeda dengan naqis ya'i dan ajwaf ya'i. belum tentu kasroh berpasangan dengan ya'. 

Selanjutnya yaitu mahmuz fa' yaitu fi'il-fi'il yang muta'addi, tidak mahmuz 'ain dan  mahmuz fa' karena apabila mahmuz ain dan mahmuz lam maka sudah pasti lazim. Sehingga ketika diibaratkan manusia maka sebagaimana muta'addi, lazim mengharuskan untuk melakukan pekerjaan dengan seluruh anggota badan dan itu sangat berat dan menjadikan malas.

Di dalam bab kedua juga dijelaskan, bahwasannya bina' shohih bisa masuk pada bab ini. Akan tetapi bina' shohih disini adalah lazim bukan muta'addi. Bina' yang selanjutnya yaitu bina' mitsal yang memiliki huruf 'illat di depan seperti manusia yang memiliki kekurangan fisik yakni sangat terlihat jelas kekurangannya. 

Selanjutnya yaitu bina' ajwaf yang memiliki penyakit ditengah sebagaimana manusia yang terlihat sehat wal afiat namun ternyata sedang mengalami alergi dan selanjutnya yang ketiga adalah bina' naqis yaitu penyakitnya berada di belakang. Ibaratnya,  seseorang terlihat baik-baik saja memiliki fisik yang sempurna serta tidak sedang menderita alergi, namun ternayata hatinya sedang susah karena memiliki masalah.

Di sini terlihat jelas bahwasannya bina' shohih lebih sedikit dari pada bina' mu'tal, yaitu yang baik lebih  sedikit  dari pada yang buruk.

Setiap individu memiliki charisma tertentu dimana mereka dilahirkan bersamaan dengan itu. Cepat atau lambat orang-orang di sekitar kita akan mengetahui sisi positif dan sisi negative dalam diri kita.

Mudah saja, kita hanya perlu menjadi pribadi yang bina' shohih. Yaitu selalu bersikap baik terhadap semua orang. Berfikir positif dalam segala tindakan. Karena kita semua berhak untuk bahagia.  Hidup adalah rangkaian masalah jika kita melihatnya sebagai masalah. Hidup adalah rangkaian tantangan jika kita melihatnya sebagai peluang. Yes, sebuah peluang untuk menang. Pepatah kuno mengatakan :  "Lautan yang tenang tidak menghasilkan pelaut yang tangguh".

Hanya akan mempersulit diri sendiri jika menjadi bina' mu'tal, perasaan yang selalu dibarengi dengan kekhawatiran, ketikapuasaan serta kegelisahan. Kebebasan kita memang dibatasi oleh kebebasan orang lain, namun untuk urusan nasib adalah kita sendiri yang menentukan. Hokum alam itu bersifat mutlak. Apa yang kita berikan terhadap orang lain akan kembali lagi kepada diri kita sendiri. Bersyukur dengan apa yang kita miliki akan membuat kita semakin bertambah bahagia.

So, think before determine and all is well :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun