Kabupaten Banjar- Suhrawardi, SKM, MPH, dalam program edukasi dan pendampingan ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) di Desa Awang Bangkal Barat bersama tim dosen Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang gizi dan kesehatan bagi dirinya sendiri selama masa kehamilan sehingga dapat mengeliminasi komplikasi saat proses persalinan dan mencegah angka stunting pada bayi yang baru lahir.
Kegiatan ini merupakan kerjasama antara dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin dengan Puskesmas Karang Intan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan dan edukasi secara intensif terkait kebutuhan gizi dan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Kurang Energi Kronis merupakan kondisi kekurangan gizi yang berpotensi mengganggu pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang rentan mengalami stunting. Kabupaten Banjar merupakan daerah dengan angka stunting tertinggi keempat di Kalimantan Selatan, karena angka stunting turun dari 34,4% di tahun 2019 menjadi 29,8% di tahun 2022, berdasarkan data terakhir.
Kegiatan yang berlangsung dari bulan April hingga September 2024 ini melibatkan 10 ibu hamil yang mengalami KEK di Desa Awang Bangkal Barat. Sebelum pelatihan, setiap peserta menjalani pre-test untuk memetakan tingkat pengetahuan mereka tentang kesehatan dan gizi kehamilan. Pelatihan dilakukan secara interaktif, mulai dari pemutaran video edukasi, ceramah, hingga simulasi yang disesuaikan dengan kemampuan peserta. Salah satu bagian dari pelatihan ini adalah senam otaria, yang dirancang untuk menjaga kebugaran ibu hamil dan mencegah risiko komplikasi. Senam ini kemudian menjadi bagian dari Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang diharapkan dapat terus dilakukan oleh para peserta setelah pelatihan.
Suhrawardi, SKM, MPH, mengatakan bahwa edukasi gizi yang mendalam kepada ibu hamil mengenai KEK dan anemia sangat penting karena kedua kondisi ini sangat berdampak pada kesehatan ibu dan janin. “Dengan demikian, ibu yang memiliki gizi baik selama kehamilan memiliki peluang lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat dengan berat badan normal, sehingga stunting dapat dicegah sejak dini,” ujarnya.
Dukungan ini juga datang dari para tenaga kesehatan, baik dari Puskesmas Karang Intan, bidan desa, dan kader kesehatan. Pelatihan ini diikuti dengan pendampingan untuk memastikan pelaksanaan RTL berjalan sesuai rencana di antara para responden. Tim melakukan pemantauan secara berkala untuk menilai seberapa baik pelatihan berjalan dan tantangan yang dihadapi para ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan. Pengamatan ini menjadi salah satu bahan yang akan digunakan untuk mengevaluasi kesempurnaan program di masa yang akan datang.
Dengan adanya program ini, tim berharap dapat memberikan dampak positif bagi para ibu hamil di Desa Awang Bangkal Barat sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Indonesia untuk menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar berharap kegiatan serupa dapat dilakukan di daerah lain yang memiliki kasus stunting tinggi sehingga kesehatan ibu dan anak dapat lebih terjamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H