Hipotesis Developmental Origins of Health and Disease (DOHaD ) menyatakan bahwa periode antenatal merupakan masa perkembangan yang sangat rentan, di mana paparan terhadap lingkungan yang merugikan seperti malnutrisi, infeksi, atau stres dapat berdampak jangka panjang atau bahkan permanen pada kesehatan anak di kemudian hari. Proses ini dikenal sebagai 'pemrograman perkembangan'. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di awal kehidupan dapat berperan dalam pemrograman penyakit kardiometabolik seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Namun, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa paparan terhadap lingkungan yang kurang baik pada masa awal kehidupan juga dapat memengaruhi perkembangan saraf anak dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, termasuk gangguan pada poros hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Perkembangan otak yang optimal sangat bergantung pada kondisi genetik dan epigenetik yang sangat terbatas selama masa kehamilan. Gangguan pada proses ini dapat menyebabkan risiko perkembangan saraf yang tidak lazim. Lingkungan intrauterin yang buruk, misalnya, dapat memengaruhi perkembangan saraf janin melalui efek langsung serta sinyal yang dikirim oleh ibu atau bahkan sebagai akibat dari kelahiran prematur, yang secara independen telah dikaitkan dengan hasil perkembangan saraf yang buruk. Ada tiga faktor utama yang dapat memengaruhi perkembangan saraf janin: yaitu nutrisi, infeksi, dan stres.
- Nutrisi
Nutrisi ibu selama kehamilan memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan saraf janin. Malnutrisi ibu, seperti yang terlihat pada individu yang terpapar malnutrisi selama Kelaparan Belanda pada tahun 1944, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik, termasuk penyakit jantung dan diabetes tipe 2 pada keturunannya. Meskipun tidak ada efek pada kognisi umum yang ditemukan dalam penelitian lanjutan pada usia 19 tahun, penelitian lain menunjukkan bahwa mereka yang terpapar malnutrisi selama awal kehamilan menunjukkan kinerja yang lebih buruk dalam tugas perhatian selektif pada usia 56-59 tahun.
Gizi ibu yang berlebihan, seperti obesitas, juga memiliki efek buruk pada perkembangan saraf janin. Di Inggris, pada tahun 2017, sekitar 62% wanita usia subur mengalami kelebihan berat badan, dan 30% di antaranya mengalami obesitas. Obesitas ibu selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan saraf pada anak, termasuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD ) dan Autism Spectrum Disorder (ASD). Beberapa penelitian pada model hewan menunjukkan bahwa paparan diet tinggi lemak selama kehamilan memengaruhi perilaku anak dan mengakibatkan peningkatan risiko kecemasan.
2. Infeksi
Infeksi selama kehamilan dapat berdampak serius pada perkembangan saraf janin. Sebagai contoh, infeksi virus seperti influenza pada trimester pertama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan spektrum autisme pada anak. Infeksi virus lainnya, seperti virus Zika dan cytomegalovirus juga dapat menyebabkan mikrosefali, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan otak bayi jauh lebih kecil dari biasanya.
Selain infeksi virus, infeksi bakteri selama kehamilan juga dapat memengaruhi perkembangan saraf. Sebuah penelitian di Denmark menunjukkan bahwa infeksi bakteri pada trimester kedua dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD pada anak-anak. Dalam penelitian lain di Amerika, ditemukan bahwa infeksi bakteri selama kehamilan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental pada anak saat mereka mencapai usia dewasa.
3. Stres
Stres ibu selama kehamilan dapat berdampak signifikan pada perkembangan saraf janin. Anak-anak yang terpapar stres prenatal ibu memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan mental seperti depresi, ASD, skizofrenia, dan ADHD. Waktu terjadinya stres, serta jenis kelamin janin, dapat memainkan peran penting dalam menentukan hasil paparan tersebut. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa stres akibat gempa bumi selama trimester pertama kehamilan dikaitkan dengan usia kehamilan yang lebih pendek, sementara anak-anak yang terpapar stres akibat krisis badai es di Quebec pada tahun 1998 memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih rendah pada usia 5,5 tahun.
Mekanisme yang memediasi efek stres prenatal termasuk pelepasan glukokortikoid yang berlebihan pada janin. Enzim plasenta yang mengurangi aktivitas glukokortikoid ibu memiliki kapasitas yang terbatas, terutama dalam kondisi stres. Hal ini menyebabkan janin terpapar glukokortikoid yang dapat berdampak negatif pada perkembangan otak.
Kesimpulan
Paparan terhadap lingkungan yang buruk selama kehamilan, baik dalam bentuk malnutrisi, infeksi, atau stres, dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan saraf janin dan kesehatan mental keturunannya di masa depan. Pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme di balik pemrograman perkembangan ini sangat penting untuk merancang intervensi yang tepat untuk mengurangi risiko gangguan perkembangan saraf dan gangguan kesehatan mental pada anak. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi cara terbaik untuk mendukung ibu hamil dalam menciptakan lingkungan yang optimal bagi perkembangan janin terkait nutrisi, kesehatan, dan kesejahteraan mental.
Daftar pustaka:
- Barker, D. J. P. (2004). Developmental Origins of Adult Health and Disease. Journal of Epidemiology & Community Health, 58(2), 114-118. https://doi.org/10.1136/jech.58.2.114
- Gluckman, P. D., & Hanson, M. A. (2004). Living with the Past: Evolution, Development, and Patterns of Disease. Science, 305(5691), 1733-1736. https://doi.org/10.1126/science.1095292
- de Rooij, S. R., Wouters, H., Yonker, J. E., Painter, R. C., Roseboom, T. J. (2010). Prenatal Undernutrition and Cognitive Function in Late Adulthood. Proceedings of the National Academy of Sciences, 107(39), 16881-16886. https://doi.org/10.1073/pnas.1009459107
- Blackmore, E. R., Gustafsson, H., Gilchrist, M., et al. (2016). Prenatal Maternal Stress from a Natural Disaster Predicts Dermatoglyphic Asymmetry in Humans. Proceedings of the National Academy of Sciences, 113(39), 11043-11048. https://doi.org/10.1073/pnas.1606132113
- Monk, C., Lugo-Candelas, C., & Trumpff, C. (2019). Prenatal Developmental Origins of Future Psychopathology: Mechanisms and Pathways. Annual Review of Clinical Psychology, 15, 317-344. https://doi.org/10.1146/annurev-clinpsy-050718-095539
- Rivera, H. M., Christiansen, K. J., & Sullivan, E. L. (2015). The Role of Maternal Obesity in the Risk of Neuropsychiatric Disorders. Frontiers in Neuroscience, 9, 194. https://doi.org/10.3389/fnins.2015.00194
- Brown, A. S., & Patterson, P. H. (2011). Maternal Infection and Schizophrenia: Implications for Prevention. Schizophrenia Bulletin, 37(2), 284-290. https://doi.org/10.1093/schbul/sbq146
- Christian, L. M. (2014). Effects of Stress and Depression on Inflammatory Immune Parameters in Pregnancy. American Journal of Obstetrics & Gynecology, 211(3), 275-277. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2014.04.013
- Kinney, D. K., Munir, K. M., Crowley, D. J., & Miller, A. M. (2008). Prenatal Stress and Risk for Autism. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 32(8), 1519-1532. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2008.06.004
- St-Pierre, J., Laurent, L., King, S., & Vaillancourt, C. (2016). Effects of Prenatal Maternal Stress on Serotonergic Pathways in the Developing Brain. Developmental Neuroscience, 38(3), 169-182. https://doi.org/10.1159/000443516
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H