Begitu pun orang tua di rumah, yang mereka tanyakan kepada anak biasanya tidak jauh dari nilai yang berupa angka-angka. Jarang orang tua menanyakan bagaimana proses mereka belajar. Sehingga sebagian murid yang kurang percaya diri dengan kemampuan matematikanya akan terbiasa mencontek jawaban temannya tanpa menanyakan bagaimana proses mendapatkan jawaban tersebut. Namun sebagai guru, kurang etis jika menyalahkan orang tua begitu saja, karena mungkin mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana seharusnya mengajarkan anaknya matematika. Introspeksi diri akan tugas sebagai seorang guru yang menjadi tumpuan harapan dapat mencetak murid-murid yang kaya nilai. Jika murid kaya nilai matematika, maka nilai kognitifnya akan berjalan beriringan.
Gagalnya guru dalam menerapkan nilai-nilai matematika secara menyeluruh akan menyebabkan proses belajar mengajar matematika menjadi kurang berkesan dan bermakna. Ada lubang-lubang yang menuntut untuk diisi namun tidak dapat terisi ketika pembelajaran yang dilaksanakan cenderung pragmatis, mementingkan produk daripada proses.
Pascasarjana Unesa, 13 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H