Mohon tunggu...
Amel_
Amel_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fitri amelia

Female

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Renyai Duafa

18 Maret 2021   15:17 Diperbarui: 18 Maret 2021   15:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik hujan mulai terdengar mengetuk atap toko tua milik Atong cina ini. Langit yang tadi sombong merekah dengan warna birunya kini seakan menunduk menunjukkan wajah gelap.Kulihat beberapa orang mengendarai roda dua mulai mempercepat laju kendaraannya.Sebaliknya,mereka yang mengendarai mobil malah bersikap acuh seolah hujan bukan apa-apa.

Aku kembali menatap adikku,matanya berbinar namun sesekali tangannya menyentuh perutnya.aku tertawa,kau lapar?ujarku.Ia hanya terus menatapku.Sebuah roti tawar berbungkus plastik kukeluarkan dari saku celana,membukanya lalu menyuapinya.hei,dia tertawa saat roti itu sampai ke mulutnya,aku pun ikut hanyut dalam tawanya.
Adikku,kau ingin dengar kakak bercerita?
Ia tertawa.Baiklah,aku akan ceritakan kepadamu berbagai hal unik tentang dunia kita.

Adikku,kau harus tau,bahwa di dunia yg luas ini ada berbagai jenis manusia.Setiap mereka memiliki isi kepala yang berbeda.Ada yang suka membuka pintu ketika kebenaran bertamu ke telinganya,dan ada pula yang berpegang teguh pada ujung ujung lidah batu.Kita sekarang masih bisa terus tersenyum sesempit apapun ruang kita,namun kita tidak tahu apakah esok senyum itu masih kita punya,karna dunia semakin kejam semenjak manusia memaksa membangun kebenaran di atas logikanya yang rapuh. Untuk itu,kita harus kuat menegakkan pundak, sekarang cuaca sulit ditebak.
Adikku,manusia sekarang hidup dalam batas kesabarannya masing-masing.Tapi tidak banyak diantara mereka yang mengerti bahwa menghormati batas kesabaran sesama adalah sebuah usaha memanusiakan manusia.Aku tidak mau kau jadi satu dari sekian banyak mereka nantinya.Bekerjalah hingga kepala,kaki dan jari-jarimu keras,namun jangan sampai mengganggu rekan semeja karna sikutmu melewati batas.Karna jika kau bisa haus dan lapar,merekapun juga.

Adikku,jika kau besar nanti,usahakan menilai dua sisi sebelum memilih tempat untuk berdiri,sebab untuk apa kita diberikan dua mata jika hanya menggunakan yang kanan atau kiri? Jangan terlalu cepat menarik tari simpul,karna banyak sekali manusia yang terikat sesal sebab pernah tergesa-gesa.mereka yang pergi karna keyakinan bahwa kebenaran mutlak bersamanya,tidak berhak memperoleh kursinya kembali meskipun datang dengan sejuta alasan.

Adikku, manusia adalah mahluk yang tak pernah puas, imajinasinya  terus berkembang dan selalu disusul oleh penemuan,tapi kau harus selalu sadar,bahwa bagaimanapun hebatnya mereka berkembang,alam selalu selangkah lebih maju dari mereka.bagaimanapun juga,pencipta akan selalu lebih hebat dari mereka yang hanya boneka.Adikku, banyak orang yang selalu menatap kita dengan iba,padahal mereka tidak tahu bahwa kitalah orang beruntung,ditempa dalam kerasnya kehidupan,berayahkan terik yang tegas dan disiplin,beribukan hujan yang lembut dan menenangkan,meskipun perut hanya terisi kadang kadang.

Dan yang terpenting,jadilah manusia cerdas yang mampu mengambil butir pelajaran dari segala hal di sekitarnya,karna sangat disayangkan bila kita hanya bisa menjadi pembaca yang menamatkan cerita dengan kepala yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun